news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Keluarga Jenderal AH Nasution.
Sumber :
  • Wikipedia

Nasution Lolos dari Penculikan G30S PKI, Tapi Tiga Sosok Ini Gugur Sebagai Perisai Sang Jenderal

Dini hari itu, 1 Oktober 1965, sekira pukul 03.00 pasukan Cakrabirawa mengepung rumah jenderal Nasution di jalan Teuku Umar 40, Ia target utama penculikan.
Kamis, 30 Juni 2022 - 08:18 WIB
Reporter:
Editor :

Eka Trisyany Edyanti, cucu jenderal Nasution dalam penuturannya pada channel YouTube eradotid menuturkan, dalam siatuasi itu Ibu Nasution bertanya kepada putrinya yang terluka.

"Ade masih hidup?" 
"Masih mama" jawab Ade
"Apanya yang sakit?" tanya Ibu Nasution
"perut mama"
"Kenapa ayah ditembak?" tanya Ade.

Foto: Ade Irma Suryani Nasution (IG @pierresangpatriot)

Menurut Eka, sebelum peristiwa tragis itu, Ibu Nasution sudah memiliki firasat bahwa kemungkinan seperti yang dialami suami dan putrinya itu akan terjadi. 

"Oma itu punya indera ke 6, kalau suatu saat nanti ada orang yang datang ke rumah mengambil Opa. Kalau sampai itu kejadian harus ngumpetin Opa dimana itu sudah terbayang, sampai Oma juga sudah tahu bahwa Oma itu tidak lama untuk bisa menggendong tante Ade" ungkap Eka.

Baca Juga: Pembalasan Sang Jenderal yang Terluka, Pukulan Keras Nasution Usai Lolos dari Pembunuhan G30S PKI

Ade Irma Suryani, lahir 19 Februari 1960 dan meninggal pada 6 Oktober 1965, setelah sebelumnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat di Jakarta.

Saat pemakaman, dari rumah sakit tempat Ade Irma Nasution dirawat, Ibu Johana Nasution dengan ketegaran yang luar biasanya menggendong jenazah putri bungsunya itu hingga ke lokasi pemakaman. 

Di tempat peristirahatan terakhirnya, di kawasan Kebayoran Baru, persis di samping Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Di depan nisan Ade, tertulis kata-kata dari sang ayah, Jenderal Nasution. 

"Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu."


Kapten Pierre Tendean

Maria Elizabeth Cornet, perempuan berdarah Prancis tersebut seolah meratapi takdir putra satu-satunya itu, Pierre Andrias Tendean, yang gugur justru disaat Maria tengah merayakan ulang tahunnya pada 30 September 1965.

Dengan terisak-isak, Ia memeluk peti jenazah putranya yang berbalut bendera merah putih. Ia hanya bisa berkata,

"Pierre, wat is er met jou gebeurd? (Pierre, apa yang terjadi denganmu?)" isak Maria Elizabeth, dikutip dari penuturan Masykuri dalam bukunya "Pierre Tendean" terbitan 1983/1984.

Foto: Kapten Pierre Tendean (Wikpedia - IG @pierresangpatriot)

Berita Terkait

1
2
3 4 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

00:57
01:35
01:23
02:19
03:49
15:06

Viral