- Sumber-Istimewa
Bukan Letkol Untung, Syam Kamaruzzaman Disebut Sebagai Pemimpin Sesungguhnya Operasi Militer G30S PKI
Sosok dan peran Syam Kamaruzzaman menjadi sangat strategis pada peristiwa berdarah yang membawa keruntuhan kekuasaan Presdien Soekarno tersebut. Orang menyebut G30S PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Pasukan Cakrabirawa. Tapi kesaksian lainnya menyebut, justru pemimpin operasi sesungguhnya adalam Syam Kamaruzzaman.
Syam Kamaruzzaman, adalah orang kepercayaan DN Aidit yang diberikan tugas sebagai Kepala Biro Khusus PKI, untuk melakukan sejumlah operasi rahasia Partai Komunis Indonesia (PKI), yang salah satu diantaranya adalah operasi militer Gerakan 30 September PKI, atau G30S PKI, pada tahun 1965.
Dikutip dari laman Wikipedia, awal karier politik Syam, dimulai pada tahun 1947 ketika pemimpin Partai Sosialis mengirim lima pemuda ke Jakarta, termasuk Syam Kamaruzzaman, dengan misi membantu para pejabat republik menyelundupkan perbekalan dan uang ke Yogyakarta, pada saat menjadi ibu kota Indonesia.
Setibanya di Jakarta, Syam bekerja di Departemen Informasi dan tinggal di Jalan Guntur. Dia bertemu dengan orang-orang yang telah belajar di Belanda dan belajar Marxism-Leninisme seminggu sekali. Syam adalah seorang PNS tahun 1947-1948, dan mengorganisir persatuan buruh pada periode 1948-1950.
Foto: Syam Kamaruzzaman, Dok Salim Said, Dari Gestapu ke Reformasi
Bersama dengan empat anggota kelompok lainnya, Syam bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1949, kemudian bergabung dengan bagian militer dari Departemen Organisasi PKI pada tahun 1950-an. Dia memiliki sejumlah besar kontak di militer yang dia dikenal dalam kelompok Pathuk.
Catatan Salim Said pada bukunya "Dari Gestapu ke Reformasi, Serangkaian Kesaksian", terbitan Mizan 2013, menyebutkan, Syam Kamaruzzaman, yang lahir pada 30 April 1924 di Tuban, Jawa Timur, diketahui pada awalnya bekerja sebagai intel polisi di Pati, Jawa Tengah.
"Atasannya adalah pembesar polisi Kota Pati yang bernama Mudigdo, seorang yang berasal dari keluarga ningrat yang juga kelahiran Tuban. Dokter Tanti yang kemudian menjadi istri D.N. Aidit adalah putri Mudigdo dari perkawinannya dengan perempuan Minangkabau yang bernama Siti Aminah." tulis Salim Said.
Baca juga: Misteri Syam Kamaruzzaman, Tokoh Kunci G30S PKI yang Diduga Agen CIA
Lebih lanjut menurut Salim, Jacques Leclerc, sejarahwan Prancis yang meneliti gerakan Komunisme di Indonesia, menyebut Mudigdo sebagai seorang pengikut setia Amir Sjarifuddin dan berusaha mendirikan Polisi Merah di daerah Pati setelah pecahnya pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur.
Mudigdo dan pengikutnya ditangkap TNI dan ditembak mati pada 21 November 1948. Leclerc juga menuturkan bahwa istri Mudigdo melanjutkan kegiatannya sebagai aktivis Komunis sampai ditahan setelah pecahnya Gestapu, 1965.
Lalu, bagaimana menjelaskan bahwa seorang jenderal, seorang kolonel, seorang letnan kolonel, dan sejumlah mayor, kapten, dan letnan, secara berjamaah menjadikan diri mereka anak buah seorang sipil dalam sebuah operasi militer yang begitu penting dan rumit?
Dalam catatan Salim Said, pada sidang Mahmillub, Sudisman salah satu toko sentral PKI menegaskan, bahwa Syam berhubungan langsung de ngan D.N. Aidit. Artinya, Sudisman tidak tahu apa persisnya perintah Aidit kepada Syam.
Sebagaimana yang disaksikan beberapa tokoh Gestapu yang berada di sekitar Syam pada pagi hari pertama bulan Oktober di Senko, adalah Syam yang memerintahkan pembunuhan dua jenderal yang tiba dengan selamat di Lubang Buaya, ketika yang lainnya sudah terlebih dahulu terbunuh di rumah masing-masing.
"Juga perlu dicatat bahwa Brigjen Supardjo, Kolonel Latif, maupun Letnan Kolonel Untung, semua mengaku terkejut ketika tahu terjadinya pembantaian tersebut. Supardjo, Latif, dan Untung memang tidak punya akses langsung kepada pasukan yang bertugas di lapangan pada pagi itu. Ini juga fenomena yang aneh." jelas Salim dalam bukunya.
Sementara itu penuturan Letnan Kolonel Penerbang Heru Atmodjo dalam bukunya, Gerakan 30 September: Kesaksian Letkol (Pnb.) Heru Atmodjo, adalah Syam yang sebenarnya langsung memimpin operasi militer Gestapu pada satu Oktober pagi itu.
"Heru Atmodjo berada di Senko, pusat kegiatan Gestapu pada pagi hari itu merasa heran melihat bagaimana Syam, seorang sipil, memimpin langsung operasi militer, sementara di sekitarnya ada Brigadir Jenderal TNI Supardjo, Letnan Kolonel Untung, serta Kolonel Latif." ungkap Salim.
Syam Kamaruzzaman (Istimewa)
Dalam kesaksiannya pada pengadilan tokoh PKI, Nyoto, Maret 1966, Untung menyebut Syam dan Pono, keduanya anggota Biro Khusus PKI, sebagai bagian inti Gestapu yang mewakili Aidit.
Pada pengadilan yang sama, saksi Mayor Udara Suyono menyebutkan bahwa Syam adalah orang yang menentukan dalam rapat-rapat perencanaan operasi militer Gestapu.
Dalam Mahmillub yang mengadilinya pada 1968, Syam menyebut Aidit yang memerintahkan dirinya melaksanakan Gestapu dalam kedudukannya sebagai Kepala Biro Khusus. Tidak dijelaskan bagaimana, menurut Aidit, cara Syam harus melaksanakan Gestapu.
Namun kemudian seperti yang diketahui, operasi militer G30S PKI tersebut gagal total. Dalam hitungan jam, kekuatan Syam dan kawan-kawannya dilumpuhkan oleh TNI-AD dibawah pimpinan Jenderal Soeharto dan Jenderal Nasution.
Kegagalan dalam operasi tersebut kemudian memunculkan banyak rumor, diantaranya bahwa operasi militer G30S PKI tersebut sesungguhnya adalam operasi militer yang memang sengaja dirancang untuk gagal, dimana Syam adalah orang yang paling bertanggung jawab didalamnya.
Syam Kamaruzzaman juga disebut-sebut kawan-kawannya sendiri sebagai agen CIA yang sengaja disusupkan dalam operasi militer yang dirancang gagal tersebut. (Buz)