- YouTube - AP Archive
Setelah Orde Baru Tumbang Habibie Kerap Ditolak Bertemu Soeharto, Rupanya Ini Alasan Soeharto
Melalui Menteri Sekretaris Negara, Saadilah Mursyid, Soeharto menyampaikan keputusan bahwa pukul 10.00 pagi, 21 Mei 1998, ia akan mengundurkan diri sebagai Presiden.
"Saya sangat terkejut, dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan, dan ajudan Presiden menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi sebelum ke Istana Merdeka" ungkap Habibie.
Niat berbicara dengan Soeharto pada Kamis pagi, 21 Mei 1998, juag bertepuk sebelah tangan. Habibie mendapat berita bahwa Soeharto belum bersedia menerimanya. Ia dipersilahkan untuk langsung menuju ke Istana Merdeka dan berharap pertemuan empat mata tersebut bisa dilaksanakan disana.
Di Istana Merdeka, Habibie menunggu, berbarengan dengan itu rombongan Ketua Mahkamah Agung, Sarwata SH, dan para anggota Mahkamah Agung yang menyertainya datang. Disusul kemudian para pimpinan DPR/MPR.
Baca Juga: Hal Mengerikan Ini Dibayangkan Habibie, Ketika Keluarganya Diamankan Wiranto ke Wisma Negara
Namun hanya para anggota dan Ketua Mahkamah Agung serta Pimpinan DPR/MPR yang bersedia ditemui Soeharto. Habibie merasa, Ia telah diperlakukan secara "tidak wajar".
"Saya merasakan diperlakukan 'tidak wajar' dan menahan diri untuk tetap sabar dan tenang. Saya membaca beberapa ayat Alquran yang saya hafal. Setelah beberapa waktu berlalu, Ketua dan anggota Mahkamah Agung keluar dari Ruang Jepara, dan ADC dan Protokol mempersilakan pimpinan DPR/MPR memasuki Ruangan Jepara untuk bertemu dengan Pak Harto." tulis Habibie.
Perasaannya makin penuh dengan kekecewaan, ketidakadilan, dan 'penghinaan', sehingga kemudian Habibie memberanikan diri untuk berdiri dan melangkah ke Ruang Jepara ingin bertemu langsung dengan Presiden Soeharto. Namun, tiba-tiba pintu terbuka dan protokol mengumumkan bahwa Presiden Republik Indonesia memasuki ruang upacara.