- Antara
Aksi Gajah Sumatra Bantu Evakuasi Pasca Banjir di Pidie Aceh Tuai Kritik, Kini Sudah Dipulangkan ke PLG Saree
Gajah-gajah tersebut mendapat perhatian penuh dari tim medis, mulai dari asupan pakan hingga perawatan kesehatan.
Untuk logistik pakan, disiapkan dari kebun warga secara sukarela, seperti pelepah pisang dan pelepah kelapa yang mudah diperoleh di sekitar lokasi.
Selain itu, gajah juga diberi suplemen tambahan berupa buah-buahan dan gula merah agar tetap bugar selama bertugas.
Dari sisi kesehatan, gajah berada di bawah pengawasan langsung dokter hewan dari BKSDA Aceh dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (FKH Unsyiah).
Setiap individu diberikan vitamin, cairan desinfektan, vaksin anti-tetanus, serta obat-obatan lain yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan stres akibat perubahan lingkungan.
Jam kerja gajah pun dibatasi secara ketat. Mereka hanya bekerja maksimal 4 jam per hari, yang dibagi dalam dua sesi masing-masing dua jam.
Setelah itu, gajah mendapat waktu istirahat selama dua jam untuk makan, minum, serta dilakukan pemeriksaan fisik oleh tim medis.
Proses sosialisasi juga dilakukan agar gajah tidak mengalami tekanan psikologis selama bertugas di area bencana.
Kendati demikian, publik di media sosial dan pemerhati satwa tetap melontarkan kritik.
Beberapa menilai penggunaan gajah dalam aktivitas pasca bencana seharusnya menjadi opsi terakhir karena berisiko menimbulkan stres pada hewan. Terlebih hutan sebagai tempat tinggalnya justru nyaris habis dirusak manusia.
Kini, setelah menjalankan misi di Pidie Aceh, Midok, Abu, Aziz, dan Nonik telah kembali ke PLG Saree dalam kondisi sehat.
Mereka kembali menjalani rutinitas pelatihan dan perawatan di bawah pengawasan tim konservasi. (adk)