- ANTARA FOTO/Abiyyu/Lmo/bar.
Jumlah Korban Meninggal Akibat Bencana Hidrometeorologi di Aceh Bertambah Menjadi 96 Orang, 62 Ribu Keluarga Mengungsi
Aceh, tvOnenews.com - Jumlah korban meninggal akibat bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah Aceh terus bertambah. Posko Komando Penanganan Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh melaporkan korban jiwa kini mencapai 96 orang. Data terbaru ini dirilis pada Minggu sore, pukul 16.14 WIB, seiring mulai pulihnya akses komunikasi dan jalur informasi dari berbagai daerah terdampak.
Ketua Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh, M Nasir, menjelaskan bahwa peningkatan jumlah korban disebabkan oleh mulai terhubungnya akses ke wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi. “Data yang masuk saat ini bertambah karena jalur informasi mulai terhubung. Kita berharap jumlah ini tidak terus bertambah,” ujar Nasir usai rapat evaluasi di Kantor Gubernur Aceh.
Laporan terbaru juga mencatat 1.284 warga mengalami luka ringan, sementara 330 lainnya mengalami luka berat. Selain itu, 113 orang masih dinyatakan hilang dan belum ditemukan hingga kini. Pemerintah terus berupaya melakukan pencarian di wilayah-wilayah terdampak menggunakan bantuan personel TNI, Polri, relawan SAR, serta tim evakuasi gabungan.
Bencana hidrometeorologi yang dipicu curah hujan ekstrem, banjir bandang, dan longsor ini melanda total 18 kabupaten/kota di Aceh. Dampaknya sangat luas dengan total 89.959 kepala keluarga terdampak. Dari jumlah tersebut, lebih dari 62 ribu kepala keluarga harus mengungsi ke lokasi yang lebih aman karena rumah dan lingkungan mereka tidak dapat lagi dihuni.
“Pengungsi saat ini tersebar di 514 titik pengungsian,” jelas Nasir. Ia menambahkan, kondisi pengungsian masih membutuhkan bantuan logistik, termasuk kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan siap saji, pakaian layak pakai, obat-obatan, dan bantuan psikososial bagi anak-anak maupun keluarga korban.
Data juga menunjukkan bahwa bencana ini berdampak pada 1.286 desa atau gampong yang berada dalam 242 kecamatan. Pemerintah Aceh menetapkan kondisi darurat dan terus mengoordinasikan penanganan bencana bersama pemerintah pusat dan lembaga nasional terkait.
“Saat ini Pemerintah Aceh bersama seluruh instansi daerah maupun pusat bekerja maksimal untuk evakuasi dan distribusi bantuan,” kata Nasir yang juga menjabat sebagai Sekda Aceh.
Distribusi bantuan dilakukan melalui jalur darat, laut, dan udara, tergantung tingkat aksesibilitas wilayah terdampak. Beberapa daerah masih terisolasi akibat jalan yang rusak, jembatan putus, serta ancaman longsor susulan. Untuk mempercepat distribusi bantuan, operasi udara menggunakan helikopter milik BNPB dan TNI kini mulai menjangkau wilayah yang sulit ditempuh melalui jalur darat.
“Alhamdulillah, kita dibantu BNPB, Kodam Iskandar Muda, dan Polda Aceh untuk mengangkut logistik melalui udara dan laut,” ujarnya.
Meski beberapa wilayah mulai menunjukkan tanda-tanda surutnya genangan air, kondisi cuaca di sejumlah daerah masih tidak stabil. BMKG memperkirakan potensi hujan lebat masih dapat terjadi, sehingga pemerintah setempat mengimbau warga tetap siaga, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor.
Sementara itu, pemerintah terus melakukan asesmen kerusakan infrastruktur, fasilitas umum, lahan pertanian, serta rumah warga sebagai langkah awal perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
Situasi kemanusiaan di Aceh kini menjadi perhatian nasional. Relawan, lembaga sosial, dan bantuan dari masyarakat mulai mengalir ke lokasi pengungsian, baik melalui pemerintah daerah maupun lembaga penyalur resmi.
Hingga informasi terbaru ini dirilis, tim evakuasi masih bekerja di lapangan. Pemerintah Aceh mengimbau masyarakat di wilayah terdampak tetap mematuhi arahan petugas dan menghindari area berbahaya untuk mencegah korban tambahan.
Penanganan darurat diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, hingga akses ke seluruh lokasi terdampak pulih dan seluruh korban dapat dievakuasi dengan aman. (ant/nsp)