- Ist
Jelang Satu Abad, Ponpes Cipasung Luncurkan “Kampung Pangan” dan Santripreneur yang Didukung BGN
Jakarta, tvOnenews.com - Pondok Pesantren Cipasung memulai gebrakan besar menuju usia satu abad dengan meluncurkan program Cipasung Kampung Pangan dan Santripreneur.
Peluncuran yang dilakukan pada Kamis (27/11/2025) kemarin, digelar bertepatan dengan acara 100 hari wafatnya KH Koko Komarudin Ruhiat yang merupakan salah satu pengasuh pesantren dan adik tokoh nasional KH Ilyas Ruhiat.
Acara tersebut berlangsung di kompleks pesantren dan dihadiri ribuan santri serta jajaran keluarga besar Cipasung. Hadir pula Prof Dr KH Asep Saepuddin Chalim, Irjen (Pol) Sony Sanjaya Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Pimpinan dan Pengasuh Pengasuh Ponpes Cipasung KH Ubaidillah, KH Acep Adang Ruhiat, dan Khodimul Majelis Zikir dan Sholawat Cipasung KH Deni Sagara dan para Ajengan serta tamu undangan lainnya.
KH Asep sendiri adalah alumni Cipasung yang diasuh langsung oleh KH Ruhiat, pendiri Ponpes Cipasung. Ia juga diketahui merupakan pendiri dan pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Jawa Timur, Ketua Umum PERGUNU dan Ketua Umum Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN).
MBG Dorong Pesantren Bangun Lumbung Pangan
Dalam sambutannya, Wakil Kepala BGN Sony Sonjaya menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya menghadirkan makanan sehat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Sejak dilaunching 6 Januari 2025, program MBG kini memiliki 16.000 dapur SPPG di seluruh Indonesia, melayani 40 juta penerima manfaat dan menyerap lebih dari 700.000 tenaga kerja,” ujarnya.
Sony menjelaskan bahwa kebutuhan bahan pangan untuk program ini terus meningkat. Harga sayuran seperti wortel, buncis, dan kacang panjang bahkan melonjak karena tingginya permintaan. Karena itu, ia mendorong Ponpes Cipasung untuk membangun kemandirian pangan.
“Jangan biarkan lahan kosong. Tanami. Bangun hidroponik. Siapkan produksi sendiri agar dapur-dapur tidak sepenuhnya bergantung pada pasar,” katanya.
Ia bahkan menyarankan agar pengembangan pangan di pesantren dipadukan dengan program santripreneur, agar santri tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga mampu memproduksi kebutuhan masyarakat.
Dari Ayam Petelur hingga 25 Hektare Kebun Pisang
KH Deni Sagara menegaskan bahwa inisiatif ketahanan pangan ini mendapat respons cepat dari masyarakat sekitar. Rumah-rumah warga mulai menyiapkan kandang ayam petelur, memanfaatkan lahan kosong, hingga membangun kebun sayur hidroponik.
“Di Cihaur, ada space di atas kolam yang dijadikan kandang ayam. Satu rumah, dua rumah, mulai kelola ayam petelur dan tanaman hidroponik,” ujarnya.
Ia juga menyebut dukungan dari salah satu kiai Jatman Tasikmalaya, yang menyiapkan 25 hektare lahan di Sodong untuk ditanami pisang guna memenuhi kebutuhan MBG.
“Program MBG bukan hanya untuk santri, tetapi juga masyarakat. Ini jadi berkah untuk semuanya,” katanya.
Momentum Satu Abad: Transformasi Besar Pesantren
Sementara itu, KH Asep dalam pidatonya mengatakan, peluncuran "Kampung Pangan dan Santripreneur" menjadi momentum transformasi Ponpes Cipasung menjelang usianya yang ke-100.
“Dari pesantren harus lahir santri yang bukan hanya alim, tetapi juga pemimpin yang adil, dermawan, pengusaha, dan profesional di berbagai bidang. Ini tuntutan zaman,” kata KH Asep.
Program ini juga diapresiasi oleh keluarga besar Cipasung, termasuk KH Acep Adang Ruhiat dan KH Ubaidillah Ruhiat, yang secara simbolis menerima bahan pangan untuk mendukung dapur pesantren.
Cipasung Menuju Pesantren Mandiri
KH Asep menjelaskan, dengan program Kampung Pangan dan Santripreneur, Ponpes Cipasung menegaskan tekadnya menjadi lumbung pangan, pusat pemberdayaan ekonomi, dan pesantren yang siap melahirkan generasi santri yang unggul secara spiritual dan produktif secara ekonomi.
Ia mengajak semua santri dan semua keluarga pesantren untuk melakukan transformasi dengan gemuruh pesantren mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan, yaitu Indonesia maju adil makmur sejahtera.
Peluncuran program ini menjadi tonggak penting bagi Cipasung menuju usia satu abad—sebuah penanda transformasi besar dari pesantren tradisional menuju pesantren mandiri dan berdaya saing. (rpi)