- Istimewa
Mentan Amran Jemput Presiden Brasil, Setelah Turunkan Harga Pupuk 20%
Jakarta, tvOnenews.com - Di bawah langit sore Bandara Halim Perdanakusuma, deretan pasukan kehormatan berdiri tegak. Pesawat kepresidenan Brasil baru saja mendarat, membawa tamu penting: Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, tokoh dunia yang dikenal lantang membela kepentingan petani dan kaum pekerja.
Namun sorotan tak hanya tertuju pada tamu dari Amerika Latin itu. Di sisi landasan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berdiri menyambut dengan senyum lebar. Di hari yang sama, beberapa jam sebelumnya, Amran baru saja mengumumkan kebijakan bersejarah, penurunan harga pupuk bersubsidi sebesar 20 persen di seluruh Indonesia.
Dua peristiwa besar dalam satu hari. Satu di panggung diplomasi, satu lagi di jantung kehidupan petani. Dan keduanya menyampaikan pesan yang sama: Indonesia sedang menegakkan kembali kedaulatan pangannya.
Hari yang Mengukir Sejarah
Pagi hari, Amran berdiri di depan awak media di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta. Dengan nada tegas, ia mengumumkan kebijakan yang langsung disambut riuh di kalangan petani: harga pupuk turun hingga 20 persen.
Langkah itu disebut-sebut sebagai yang pertama dalam sejarah Indonesia modern. Harga Urea yang semula Rp2.250 per kilogram kini turun menjadi Rp1.800, sedangkan NPK dari Rp2.300 menjadi Rp1.840.
“Ini bentuk nyata keberpihakan negara kepada petani. Kita ingin petani bisa menanam dengan ongkos yang lebih murah dan hasil yang lebih baik,” ujar Amran kala itu.
Kebijakan tersebut tidak datang dari ruang rapat berpendingin udara semata. Ia lahir dari efisiensi sistem logistik dan distribusi, hasil evaluasi lapangan, dan dorongan agar anggaran pertanian benar-benar menyentuh petani di tingkat paling bawah.
Beberapa jam setelah pengumuman itu, Amran berganti jas resmi dan berangkat ke Bandara Halim.
Tugasnya kali ini berbeda: menyambut langsung Presiden Brasil, Lula da Silva, yang datang dalam kunjungan kenegaraan.
Tidak banyak yang tahu, kehadiran Amran di barisan penyambut presiden asing bukanlah kebetulan. Ia memang dipercaya mewakili pemerintah Indonesia sebagai simbol kekuatan pangan nasional.
Lula dan Amran dikenal memiliki kesamaan latar perjuangan: keduanya tumbuh dari akar pertanian dan melihat pangan bukan sekadar sektor ekonomi, melainkan pondasi kemandirian bangsa.