- tvOneNews
Pratikno Janji Kawal Kesehatan Fisik dan Mental Buntut Kasus Kematian Timothy Anugerah
Jakarta, tvOnenews.com - Menko bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Pratikno buka suara soal dugaan bullying terhadap mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Timothy Anugerah Saputra.
Pratikno menegaskan pihaknya menolak adanya kasus bullying atau perundungan di kalangan mahasiswa.
"Oh ya, nggak boleh lah," kata Pratikno kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).
- Istimewa
Pratikno kemudian menjelaskan, pihaknya konsen dengan isu kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Pihaknya kata Pratikno pun berjanji mengawal hal tersebut.
"Ya kita konsen sekali dengan kesehatan bukan hanya, kalo kesehatan itu kan kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial. Tiga-tiganya perlu kita kawal, ya," ungkap dia.
Sebelumnya diberitakan, Polisi terus mendalami kasus kematian mahasiswa Universitas Udayana (UNUD) Bali, Timothy Anugerah Saputra, yang diduga bunuh diri akibat perundungan di lingkungan kampus. Sejumlah fakta baru mulai terungkap.
Kapolsek Denpasar Barat, Kompol Laksmi Trisnadewi, mengatakan pihaknya telah memeriksa seluruh rekaman kamera CCTV di area gedung tempat kejadian perkara.
Dari hasil pemeriksaan, korban terekam masuk ke gedung melalui lobi dan terlihat saat terjatuh.
Namun, momen-momen sebelum kejadian di lantai 4 tidak terekam karena kamera di lokasi itu sudah lama tidak berfungsi alias rusak.
“Terekam oleh CCTV pada saat korban masuk ke gedung itu di lobi depan. Di CCTV yang sama juga merekam pada saat korban terjatuh. Namun, memang di lantai 4 itu ada CCTV, tetapi CCTV-nya rusak. Kami sudah koordinasi dengan pihak kampus juga. Itu rusaknya CCTV di lantai 4 diperkirakan sejak sekitar tahun 2023,” ujar Kompol Laksmi dikutip tvOne, Senin 20 Oktober 2025.
Selain menelusuri rekaman CCTV, polisi juga memeriksa sejumlah saksi mata yang melihat korban di lantai 4 sebelum jatuh.
Menurut Kompol Laksmi, ada tiga orang saksi yang sempat melihat Timothy keluar dari lift, berjalan, lalu duduk di lokasi tempat ditemukan tas dan sepatunya. Namun, karena tidak saling mengenal, ketiganya tidak sempat berinteraksi dengan korban.
“Saksi yang melihat pada saat korban itu keluar dari lift di lantai 4, ada yang melihat korban keluar dari lift, datang di lantai 4, kemudian berjalan dan duduk di lokasi di mana terakhir ditemukan tas dan sepatu milik korban. Jadi ada tiga orang saksi yang melihat itu, namun karena tidak saling kenal, mereka membiarkan saja atau tidak terlalu menghiraukan kegiatan dari korban pada saat itu,” beber Kompol Laksmi.