- Adinda Ratna Safira-tvOne
Pedagang Pasar Hewan Barito Bawa-Lepaskan Burung saat Geruduk Balaikota DKI Jakarta: Bentuk Kecewa Dipindah ke Lenteng Agung
Jakarta, tvOnenews.com - Sejumlah pedagang pasar hewan Barito yang tergabung dalam Solidaritas Usaha Rakyat-Aliansi Barito Tolak Otoriter menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Balaikota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/10/2025).
Berdasarkan pantauan tvOnenews.com, aksi ini menolak rencana relokasi pasar hewan Barito yang akan dipindah ke Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Sejumlah pedagang menunjukkan kekecewaannya dengan membawa spanduk yang berisikan penolakan hingga membawa puluhan burung yang diletakkan dalam kandang.
“Kenapa kita membawa burung? Karena ini adalah bentuk kekecewaan kita. Kita merasa kasihan kepada burung-burung kita jika dipindah ke Lenteng Agung,” kata orator di atas mobil komando, pada Selasa (14/10/2025).
Para pedagang yang tergabung Solidaritas Usaha Rakyat-Aliansi Barito Tolak Otoriter ini satu per satu memegang dan melepaskan burung dalam kandang tersebut.
“Pegang burung satu-satu. Kita akan melepaskannya. Ini burung adalah bentuk semangat kita. Bentuk semangat perjuangan kita, bentuk kekecewaan kita kepada Pemprov. Karena kita merasa kasihan pada burung-burung kita. Jika dipindah ke lenteng Agung. Jadi mending kita lepaskan saja burungnya,” ucap orator.
Setelahnya orator tersebut juga membacakan sebuah puisi yang berjudul “Jeritan Burung Pipit”.
Selain itu, para pedagang juga menyanyikan sebuah lagu yang meminta agar tak direlokasi ke Lenteng Agung.
“Pedagang Barito beraksi. Walau panas terik matahari. Berjuta kali turun aksi. Kenapa Pemprov tak peduli. Hari-hari esok adalah milik kita. Barito itu ikon mendunia. Janganlah main asal relokasi. Bagiku itu langkah salah. Marilah kawan. Mari kita nyanyikan sebuah lagu. Tentang kemenangan,” serunya.
“Jadi itu. Pelepasan burung adalah kekecewaan para pedagang burung Barito yang mana saat ini kami meminta agar pedagang pasar burung Barito tidak direlokasi di Lenteng Agung. Karena di sana tidak banyak kehidupan,” ungkap orator. (ars/nsi)