- istimewa
Tokoh Agama dan Masyarakat Papua Ikut Klarifikasi Soal Isu TNI Gunakan Bom di Kiwirok, Sebut Fitnah Lama OPM
Jakarta, tvOnenews.com – Isu liar yang menuding TNI menggunakan pesawat dan bom di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, kembali dibantah keras oleh tokoh agama dan masyarakat setempat. Mereka menyebut tuduhan tersebut sebagai fitnah keji yang dihembuskan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk menutupi aksi kekerasan mereka terhadap warga sipil.
Isu ini pertama kali disebarkan oleh OPM Kodap XV Ngalum Kupel melalui sejumlah akun media sosial simpatisannya. Dalam unggahan tersebut, OPM menuding bahwa TNI melakukan serangan udara di Kiwirok, padahal menurut warga, TNI justru tengah menjalankan misi kemanusiaan di bawah kendali Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III.
Pendeta Markus Nop, tokoh masyarakat sekaligus rohaniwan di Distrik Kiwirok, menegaskan bahwa tuduhan terhadap TNI tidak berdasar. Ia bahkan menyebut OPM sebagai pihak yang selama ini menjadi pelaku utama teror terhadap masyarakat asli Papua dan para pendatang.
“Mereka yang membakar sekolah, mengancam guru, tapi malah menuduh TNI mengebom desa. Itu bohong besar. Kami tahu siapa yang sebenarnya membuat kerusakan di sini,” ujar Markus, Jumat (10/10/2025).
Markus menilai, penyebaran isu dan video editan oleh OPM adalah strategi lama untuk menggiring opini publik agar membenci pemerintah dan aparat keamanan. Narasi semacam itu, kata dia, juga sering dipakai untuk mendapatkan simpati internasional sekaligus menutupi aksi kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan sendiri.
“Saya masih ingat peristiwa pilu September 2021. Setelah mereka membakar puskesmas, para nakes diserang. Ibu Gabriela Meilan ditemukan tewas di jurang sedalam 500 meter. Itu bukan perbuatan manusia yang punya hati,” kenangnya.
Sementara itu, Kepala Distrik Kiwirok, Yulianus Kalakmabin, turut membantah keras tuduhan OPM terhadap TNI. Ia menegaskan bahwa keberadaan prajurit Kogabwilhan III di Kiwirok bukan untuk berperang, melainkan untuk melindungi dan membantu masyarakat yang terdampak aksi kekerasan kelompok separatis.
“Saya melihat sendiri bagaimana TNI membantu para guru dan warga yang ketakutan akibat pembakaran sekolah. Tidak ada bom, tidak ada pesawat tempur. Yang ada adalah bantuan dan perlindungan,” tegas Yulianus.
Ia menambahkan, pola yang digunakan OPM sudah berulang: menyebarkan hoaks dan propaganda digital untuk membentuk citra negatif terhadap TNI dan pemerintah Indonesia. Menurutnya, masyarakat kini sudah lebih cerdas dalam menyaring informasi.
“Hoaks adalah senjata baru kelompok separatis. Mereka ingin menebar ketakutan dan perpecahan. Tapi masyarakat Papua sudah tahu siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat,” ujarnya.
Pernyataan para tokoh ini memperkuat bahwa narasi TNI menggunakan bom di Kiwirok hanyalah manipulasi informasi. Di lapangan, TNI justru menjalankan misi kemanusiaan, termasuk menyalurkan bantuan logistik, melindungi tenaga pendidik, serta membantu pemulihan fasilitas umum yang rusak akibat aksi kekerasan OPM.
Peristiwa di Kiwirok kembali menjadi pengingat bahwa perang informasi kini menjadi bagian dari konflik Papua. Ketika fakta dibalik, masyarakat sipil menjadi korban utama. Karena itu, tokoh-tokoh setempat mengimbau agar masyarakat Papua dan dunia internasional berhati-hati terhadap berita tanpa sumber yang jelas, terutama yang beredar di media sosial simpatisan kelompok separatis.
Dengan pernyataan tegas dari tokoh agama dan masyarakat, isu penggunaan bom oleh TNI terbukti hoaks, sekaligus memperlihatkan bahwa OPM kembali memainkan narasi lama untuk menutupi kekerasan yang mereka lakukan sendiri. (nsp)