news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Sumber :
  • Taufik Hidayat/tvOne

Dear Bahlil, Ternyata Ini Bahaya Tersembunyi BBM Campur Etanol, Masih Berani Pakai?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui campuran etanol 10% atau E10 dalam bensin.
Kamis, 9 Oktober 2025 - 18:21 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Rencana pemerintah untuk mewajibkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol 10% menuai beragam reaksi, termasuk dari kalangan otomotif. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui campuran etanol 10% atau E10 dalam bensin.

Kebijakan ini meniru keberhasilan mandatori biodiesel berbasis sawit (B40), dengan tujuan menekan impor minyak dan memperkuat transisi menuju energi hijau.

Influencer otomotif sekaligus pembalap nasional Fitra Eri menilai kebijakan ini perlu dilakukan secara bertahap agar industri otomotif dan bahan bakar memiliki waktu beradaptasi.

Fitra Eri mengingatkan pemerintah bahwa penerapan bahan bakar dengan kandungan etanol 10% memiliki tantangan teknis yang tidak bisa diabaikan. 

“Etanol memang bisa meningkatkan oktan dan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Tapi nilai energinya lebih kecil, jadi tenaga mesin bisa sedikit menurun dan konsumsi bahan bakar lebih boros,” jelas Fitra dalam unggahan di Instagram pribadinya, Kamis (9/10/2025).

Selain itu, lanjut dia, etanol yang memiliki sifat mudah menyerap air dari udara, berpotensi menimbulkan korosi pada mesin. Terutama di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia. 

“Aman digunakan, asal base fuel-nya dan aditifnya memang dirancang untuk bekerja dengan campuran etanol. Tapi banyak SPBU swasta sekarang belum siap, karena aditif mereka dibuat untuk bahan bakar tanpa etanol,” kata Fitra.

Fitra menambahkan, tidak semua kendaraan di Indonesia siap menggunakan BBM beretanol.

“Mobil modern umumnya tahan dengan etanol, tapi mobil keluaran tahun 1980–1990-an belum tentu. Jadi, industri otomotif perlu waktu memastikan kendaraan yang dijual ke masyarakat sudah kompatibel,” ujarnya.

Ia menilai, pemerintah sebaiknya memberi waktu adaptasi bagi produsen otomotif dan penyedia BBM untuk menyesuaikan spesifikasi produk mereka.

“Perubahan ini boleh, tapi jangan mendadak. Berikan kesempatan industri menyesuaikan diri supaya konsumen mendapat bahan bakar berkualitas dan mesin yang tahan lama,” tegas Fitra Eri. (nba)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral