- Antara
Ancaman Bom ke Sekolah Internasional Dinilai Tak Terkait Jaringan Teroris, Pengamat: Bisa Jadi Cipta Kondisi Politik
Meski begitu, ia menegaskan bahwa praktik simulasi keamanan seharusnya dilakukan secara terbuka dan terkoordinasi, agar tidak menimbulkan kepanikan.
“Biasanya SOP-nya, instansi yang dijadikan target simulasi dihubungi dulu oleh pihak pelaksana agar orang-orang di lokasi tidak panik. Tapi pola itu bisa berubah dan tidak baku, apalagi kalau masuk ranah aksi intelijen gelap,” tegas Haris.
Haris menilai, yang terpenting saat ini adalah transparansi aparat dalam menangani setiap ancaman bom, serta penguatan sistem keamanan digital dan komunikasi publik agar masyarakat tidak mudah panik maupun terjebak dalam permainan pihak tak bertanggung jawab.
Diketahui, dua hari belakangan ini terdapat ancaman bom di tiga sekolah bertaraf internasional, seperti Jakarta Nanyang School, Mentari Intercultural School, dan North Jakarta Intercultural School (NJIS).
Teranyar diketahui, ancaman bom di NJIS diduga bermotif pemerasan. Sebab, pelaku pengirim pesan meminta uang tebusan dalam bentuk mata uang kripto senilai 30.000 dolar AS.
Adapun, pesan ancaman tersebut dikirim melalui WhatsApp dengan nomor asal Nigeria. (rpi/dpi)