- tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Hidup Berdesakan di Tanah Tinggi Jakpus, Warga Tidur Bergantian dan Berharap Bantuan Pangan
Jakarta, tvOnenews.com - Aroma Kali Sunter menyeruak dari perbatasan antara Galur dan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Di balik bau menyengat itu, tersimpan potret kehidupan masyarakat yang berdesakan di kawasan padat penduduk tersebut.
Ketua RW 11 Tanah Tinggi, Sukardi Yanto mengatakan, di Tanah Tinggi, rumah-rumah menjulang ke atas karena tak mungkin melebar ke samping.
“Ini memang padat penduduk, kemarin kan Pak Tito juga kan datang ke Tanah Tinggi, semuanya udah pada tahu kalau di sini padat penduduk. Makanya bahasa dia shift-shiftan gitu, yang malam keluar, yang pagi masuk, makanya rumah di sini menjulang ke atas,” ungkap dia, saat ditemui tvOnenews.com, Jumat (19/9/2025).
Saking sempitnya ruang yang berada di kampung kumuh tersebut, warga bahkan tidur secara bergantian dengan anggota keluarga.
“Bahkan tidur aja pakai shift, tidurnya ganti-gantian, belum lagi produksi anak yang nggak diperhitungkan. Seperti gitu lah, makanya bangunan di sini menjulang ke atas, nggak mungkin melebar ke kanan kiri, sampai lantai tiga, lantai empat,” katanya.
Meski begitu, warga Tanah Tinggi tetap berupaya menata lingkungannya. Di gang-gang sempit, tampak taman kecil, posko siskamling, hingga MCK publik yang bersih.
Anak-anak pun masih bisa tertawa riang dan berlarian menyusuri jalanan kampung, sesekali menyapa orang yang berlalu-lalang.
Aktivitas warga di kawasan kumuh Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Jumat (19/9). (Foto: tvOnenews.com/Julio Trisaputra)
Soal air bersih, Sukardi mengaku warganya tak pernah kekurangan. Bahkan ada dua metode pasokan air yang dilakukan oleh warga.
“Alhamdulillah, nggak pernah kekurangan. Kalau bahasanya di sini kelebihan kalau air. Airnya dari PAM Jaya. Tapi di sini rata-rata ada dua, PAM juga, gali juga (air tanah). Ya 80 persen (warga punya dua akses air),” jelasnya.
Namun, kebutuhan pokok justru menjadi masalah utama. Dia menegaskan bahwa bantuan yang paling diharapkan dari pemerintah saat ini adalah bantuan pangan.
“Sekarang pangan yang dibutuhkan. Kalau kita bicara jujur memang, hampir 100 persen wilayah Tanah Tinggi hingga Johar Baru itu pasti pangan,” tegasnya.
Kondisi sosial dan ekonomi membuat masyarakat sering memutar otak untuk bertahan hidup. Bahkan ide untuk membuat lift di rumah-rumah menjulang sempat terlontar, meski hanya bercanda.
“Makanya dipusingkan masyarakat gimana cara bikin liftnya ini. Padahal listrik cuma 450 kwh,” ujar Sukardi sembari tersenyum.
Di ujung perbincangan, Sukardi menyampaikan harapan sederhana.
“Kita berharap dapat bantuan dari pemerintah, berharap aja dulu,” katanya pelan.
Sebuah kalimat singkat yang menyiratkan kemandirian sekaligus getirnya kehidupan warga di Tanah Tinggi. (agr/dpi)