news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.
Sumber :
  • Dok. Dutch National Archives via commons.wikimedia.com/Evers, Joost/Anefo

Sumringahnya Soeharto usai Tahu DN Aidit Tewas Didor Tangan Kanannya: Ini yang Bapak Maksud? 

Hidup sang dedengkot PKI, DN Aidit, harus berakhir dengan tragis. Namun, rupanya hal itu bak menjadi kabar baik bagi Soeharto.
Minggu, 7 September 2025 - 18:52 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Nama DN Aidit terukir dalam buku sejarah Indonesia sebagai simbol salah satu tokoh dalam babak terkelam bangsa.

Sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), ia adalah sosok sentral yang perannya tak bisa dipisahkan dari peristiwa Gerakan 30 September (G30S).

Peristiwa tragis pada malam 30 September 1965 itu mengubah peta politik Indonesia secara drastis, menyisakan luka mendalam yang tak pernah sembuh.

(kiri-kanan) Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal M.T. Haryono, dan Letnan Satu Perre Tendean
Sumber :
  • Dok. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI via commons.wikimedia.com/Davidelit

 

Di bawah komando Aidit, sebuah operasi kejam dilakukan, berujung pada penculikan dan pembunuhan enam jenderal serta seorang perwira TNI Angkatan Darat.

Jasad mereka, yang terdiri dari Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean, ditemukan tak bernyawa di sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

 

Dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara (2010) dijelaskan, bahwa pria kelahiran Pulau Belitung tersebut ditangkap oleh anak buah Komandan Brigade Infanteri 4 Kodam Diponegoro Kolonel Yasir Hadibroto pada tanggal 22 November 2025.

Anak buah Kolonel Yasir kemudian membawa Aidit ke Loji Gandrung untuk diinterograsi. Masih dari buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, Aidit terus-menerut meminta dipertemukan dengan Presiden Soekarno. Namun, berkali-kali pula keinginan tersebut ditolak oleh Kolonel Yasir.

Keesokkan harinya, Aidit, yang kedua tangannya diborgol, dibawa oleh Kolonel Yasir menaiki jip meinggalkan Solo.

Dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, disebutkan bahwa ada tiga jip yang berada dalam iring-iringan pagi itu. Aidit berada di jip paling terakhir bersama Kolonel Yasir.

Lalu, tanpa diketahui oleh dua jip pertama, setibanya di Boyolalu, Kolonel Yasir membelokkan mobilnya ke Markas Batalyon 444. Setelah bertanya soal apakah di sana ada sumur tua, Kolonel Yasir langsung membawa Aidit ke lokasi yang dimaksud.

DN Aidit saat berpidato
Sumber :
  • Istimewa

 

Di pinggir sumur tua itu, Kolonel Yasir memberi waktu kepada Aidit untuk mengucapkan pesan terakhirnya. Namun, yang dilakukan Aidit justru berpidato dengan nada berapi-api.

Berita Terkait

1
2 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral