- Dok. National Archives of the Netherlands via commons.wikimedia.com/Evers, Joost/Anefo | Dok. German Federal Archive via commons.wikimedia.org
Senyum Soeharto usai Dapat Laporan DN Aidit Sudah Tewas, Tangan Kanan Pak Harto: Ini yang Bapak Maksud?
tvOnenews.com - DN Aidit bukanlah nama baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, sosok yang dikenal sebagai salah satu pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI).
Aidit menjadi sosok yang bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan enam orang jenderal serta seorang perwira TNI Angkatan Darat (AD). Peristiwa tersebut dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S).
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 tersebut membuat sebanyak enam jenderal serta seorang perwira TNI AD meninggal dunia.
Ketujuh orang tersebut berawal dari penculikan, dimana pada akhirnya Jenderal Ahmad Yani, Brigadir Jenderal D.I. Pandjaitan, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Mayor Jenderal M.T. Haryono, Mayor Jenderal S. Parman, dan Letnan Satu Pierre Tendean dibunuh. Jasad mereka kemudian dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur tua di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.
- Dok. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI via commons.wikimedia.com/Davidelit
Dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara (2010) dijelaskan, bahwa pria kelahiran Pulau Belitung tersebut ditangkap oleh anak buah Komandan Brigade Infanteri 4 Kodam Diponegoro Kolonel Yasir Hadibroto pada tanggal 22 November 2025.
Anak buah Kolonel Yasir kemudian membawa Aidit ke Loji Gandrung untuk diinterograsi. Masih dari buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, Aidit terus-menerut meminta dipertemukan dengan Presiden Soekarno. Namun, berkali-kali pula keinginan tersebut ditolak oleh Kolonel Yasir.
Keesokkan harinya, Aidit, yang kedua tangannya diborgol, dibawa oleh Kolonel Yasir menaiki jip meinggalkan Solo.
Dalam buku Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara, disebutkan bahwa ada tiga jip yang berada dalam iring-iringan pagi itu. Aidit berada di jip paling terakhir bersama Kolonel Yasir.
Lalu, tanpa diketahui oleh dua jip pertama, setibanya di Boyolalu, Kolonel Yasir membelokkan mobilnya ke Markas Batalyon 444. Setelah bertanya soal apakah di sana ada sumur tua, Kolonel Yasir langsung membawa Aidit ke lokasi yang dimaksud.
- Istimewa