- tvOnenews/Rika Pangesti
Fenomena Parkir Liar di M Bloc Space: Banyak Aparat Berjaga, Tapi Semua Pilih Tutup Mata
Namun, ketika ditanya lebih lanjut soal surat tersebut dan keabsahannya, sang juru parkir enggan menunjukkan. Ia menyarankan agar berurusan lebih lanjut dengan 'atasannya'.
Ia justru menceritakan bahwa sempat tidak bekerja selama dua pekan saat ada penindakan premanisme, pungli, dan parkir liar atau Operasi Berantas Jaya dari Polda Metro Jaya pada April lalu.
"Waktu itu memang sempat libur. Operasi gede. Tapi habis itu, balik lagi seperti biasa," tuturnya.
Mata Publik yang Lelah Melihat
Di sisi lain, masyarakat yang melintasi kawasan ini tak bisa berbuat banyak. Trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki, justru diokupasi oleh kendaraan.
Anak kecil yang baru keluar dari taman harus turun ke badan jalan, beradu dengan kendaraan yang melintas. Potret ketidakteraturan yang menormalisasi pelanggaran.
- tvOnenews/Rika Pangesti
“Dari dulu memang begini terus. Trotoar bukan buat orang jalan, tapi buat mobil parkir,” keluh seorang warga yang rutin melintasi kawasan tersebut.
Ketika Aparat Diam, Siapa yang Harus Bertindak?
Fenomena ini mengundang tanya besar: untuk siapa sebenarnya aparat penegak hukum berdiri di sana? Jika pelanggaran di depan mata saja diabaikan, apakah publik masih bisa berharap pada ketegasan hukum?
Parkir liar mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang. Tapi ketika pelanggaran dibiarkan atas dasar "bukan tanggung jawab saya", atau karena adanya relasi kuasa yang lebih tinggi, maka benih-benih ketidakadilan dan ketidaktertiban mulai tumbuh subur di ruang kota.
Kawasan M Bloc Space yang digadang-gadang sebagai ruang kreatif anak muda kini menyimpan ironi: kreatif dalam membangun budaya, tapi juga kreatif dalam mencari celah untuk melanggar hukum.
Dan yang paling menyedihkan, pelanggaran itu justru dilindungi oleh diamnya mereka yang seharusnya menegakkan aturan. (rpi/nba)