- tvOnenews.com/Taufik
15 Anak di Duri Kosambi Terpaksa Putus Sekolah Usai Tak Punya Biaya, Kini Nasibnya....
Jakarta, tvOnenews.com - Puluhan anak yang putus sekolah di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, kini sudah kembali tersenyum. Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan kesempatan belajar di Sekolah Kegiatan Belajar (SKB) 07, Cengkareng, Jakarta Barat.
Ketua RW 06, Muslimah menceritakan dari total warganya di 9 Rukun Tetangga (RT), tercatat sebanyak 15 anak putus sekolah. Hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi para orang tuanya.
“Disini aja ya, yang kemarin telah kelacak sekitar 15 (anak). Itu 15 yang putus sekolah. Ya, rata-rata karena ekonomi lah. Nomor satu kan,” kata Muslimah, saat ditemui, pada Senin (18/7/2025).
- Istimewa
Lebih lanjut Muslimah mengungkapkan bahwa hal ini diketahui usai adanya Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Lukmanul Hakim yang melakukan sidak di wilayahnya.
Sebab sebelumnya, dirinya mengaku tidak mendapatkan laporan dari warganya.
“Gak ada laporan. Dari RT juga gak ada laporan ‘ini putus sekolah’ gak ada, taunya ‘ah dia mah gak mau sekolah kali’. Gitu aja,” ungkap Muslimah.
Kemudian Muslimah menceritakan salah satu anak dari warganya yang sempat tidak bersekolah, yakni Okta (12) tahun.
Anak ini memilih untuk membantu menjual gorengan keliling di sekitar wilayah Duri Kosambi bersama rekannya, Azizah. Kedua anak ini menjual dengan harga Rp2000, dan hanya mengambil untung Rp500 per satu gorengan.
Aksi keduanya ini nekat dilakukan lantaran orang tuanya yang bekerja serabutan dan tidak bisa membiayainya.
- tvOnenews.com/Taufik
“Okta ini ya. Saya juga prihatin gitu ngeliat dia. Emaknya udah gak ada, udah meninggal. Bapaknya (kerja) serabutan. Selama ini nih negong (parkir), udah gitu (rumahnya) ngontrak. Kalau makan itu seketemunya, ada makan ya makan. Kalo enggak ya enggak,” terang Muslimah.
“Makanya tuh anak, namanya anak-anak polos gitu ya, daganglah buat jajan. Dagang bukan bikin sendiri, bawain punya orang. Kan setahu saya, kalau di sini jualan kue dari yang bikin Rp1.500 dia jual Rp2.000. Untungnya ya Rp20.000 sehari. Itu buat senangin dia aja gitu,” tutur Muslimah.
Sementara itu, saat ini Okta sudah dapat bersekolah dengan keterbatasannya, usai didaftarkan ke SKB 07. Okta juga sempat tidak masuk sekolah lantaran tak memiliki mukena.
“Jadi kemarin Okta sempat cerita gini, ‘Aku nggak sekolah 2 hari, sedih’. Yang lain suruh bawa mukena, dia nggak bawa mukena. Terus kata bapaknya sekolah aja, terus kan ada yang ngasih (mukena) kader dari kita. Bapaknya juga senang banget. Makanya dia (bapaknya) bilang ‘jangan tidur malam-malam, takut kesiangan’. Itu senang banget bapaknya,” jelas Muslimah.
Dalam kesempatan yang sama, Kader Dawis RW 06, Mala dan salah satu tim Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Lukmanul Hakim, Iil mengatakan bahwa Okta saat ini juga bersemangat sekolah walaupun tak memiliki seragam.
“Sekarang belum punya seragam sih Oka. Terus sekolah pake gamis, dia nggak malu gitu anaknya tetap semangat walaupun nggak pake seragam,” ungkap Mala.
Kemudian Mala menerangkan bahwa masih terdapat beberapa anak yang putus sekolah. Namun saat ini anak yang didaftarkan ke SKB hanya yang berniat untuk sekolah.
“Sebenernya banyak ini (yang tidak sekolah) tapu yang didata yang mau aja,” ucap Mala.
Sementara itu, Iil mengungkapkan sebanyak 15 anak yang saat ini telah memiliki kesempatan bersekolah usianya bermacam-macam. Mereka diberikan kesempatan belajar dengan program paket, yaitu Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA.
“Di sini ada 15. Total 15 yang udah sekolah. Ada yang paket A, ada yang paket B, ada yang paket C. Paket A sebanyaknya 6 orang, paket B sebanyak 6 orang dan paket C sebanyak 4 orang,” ungkap Iil.
Adapun anak yang telah memiliki kesempatan untuk kembali belajar yakni berasal dari RT 1 hingga RT 8, di RW 6 Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
“Soalnya ini juga dari kemauan diri sendiri. Kita gak maksa,“ tegas Iil. (ars/raa)