- Unair
Profil Abdulkadir Jailani Calon Dubes RI untuk Jerman, Diplomat Senior yang Mau Bawa Astacita Prabowo ke Eropa
Jakarta, tvOnenews.com - Nama Abdulkadir Jailani kini mencuat setelah menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper) sebagai calon Duta Besar Republik Indonesia di Komisi I DPR RI, Sabtu (5/7/2025).
Abdulkadir Jailani adalah diplomat senior yang pernah menjabat sebagai Dubes RI untuk Kanada.
Pada uji kelayakan di DPR, Abdulkadir memaparkan rencana program kerja apabila resmi diamanahi sebagai perwakilan RI di Jerman. Program yang menjadi perhatiannya digadangnya selaras dengan arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Kita tahu bahwa program kerja yang hendak kita sampaikan itu merupakan perwujudan dari visi-misi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yaitu untuk mencapai Astacita,” kata Abdulkadir kepada awak media.
Meski belum mengungkap secara rinci bentuk implementasinya, Abdulkadir menekankan pentingnya isu perlindungan WNI serta penguatan prinsip politik luar negeri bebas aktif.
Ia menyebut, setiap calon duta besar menyusun program kerja yang disesuaikan dengan karakteristik negara tujuan masing-masing.
“Pada umumnya semua calon duta besar hanya menyampaikan rancangan program kerjanya masing-masing karena tentunya setiap perwakilan memiliki karakteristik yang berbeda-beda,” ujarnya.
Profil dan Rekam Jejak Abdulkadir Jailani
Abdulkadir Jailani lahir pada 18 Maret 1966. Ia pernah mengemban tugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kanada sekaligus untuk International Civil Aviation Organization (ICAO) yang berbasis di Ottawa. Pelantikan dirinya dilakukan Presiden Joko Widodo pada 7 Januari 2019 di Istana Negara.
Karier akademiknya dimulai di Universitas Negeri Jember, sebelum akhirnya pindah ke Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan lulus pada tahun 1992.
Melansir data Alumni Unair, Abdulkadir semasa kulia aktif di kegiatan ilmiah dan seminar, termasuk sebagai pembicara di berbagai kampus dan tergabung dalam senat mahasiswa fakultas.
Salah satu pengalaman yang membekas baginya adalah mengikuti kuliah filsafat hukum dari dosen legendaris Frans Limahelu yang menurutnya bersifat nonkonvensional.
Setelah meraih gelar sarjana, ia sempat mengantongi izin praktik sebagai pengacara sebelum akhirnya memilih bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada 1993.
Setelah menempuh pendidikan di Sekolah Dinas Luar Negeri, Abdulkadir mulai terlibat dalam isu-isu hukum internasional.