news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Menkeu Sri Mulyani.
Sumber :
  • YouTube/Kemenkeu

Harga Minyak Melonjak Gegara Perang Iran-Israel, Sri Mulyani: Naik 18 Persen dalam Tiga Hari

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa konflik antara Iran dan Israel telah memicu lonjakan tajam harga minyak mentah dunia. Ini katanya.
Selasa, 17 Juni 2025 - 16:22 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menegaskan bahwa konflik antara Iran dan Israel telah memicu lonjakan tajam harga minyak mentah dunia.

Hanya dalam waktu tiga hari sejak pecahnya perang pada 15 Juni 2025, harga minyak tercatat naik lebih dari 18 persen dan menyentuh level tertinggi US$78 per barel sebelum terkoreksi ke US$75 per barel.

“Tadinya (harga minyak) ada di kisaran US$70 per barel, bahkan di bawah US$70 per barel untuk Brent. Itu terjadi kenaikan lonjakan bahkan sempat tertinggi US$78 per barel, naik sekitar 9 persen, meskipun sekarang mengalami koreksi di US$75 per barel,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (17/6/2025).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa konflik geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah, secara historis selalu memberikan dampak besar terhadap harga komoditas global, termasuk minyak.

Gejolak ini juga memengaruhi nilai tukar rupiah, suku bunga, dan arus modal asing atau capital outflow.

“Kondisi geopolitik yang memanas ini akan dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia,” tegasnya.

Tak hanya konflik di Timur Tengah, Sri Mulyani juga menyoroti ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang meski mulai menunjukkan upaya negosiasi, belum menemukan titik terang penyelesaian.

“Hari ini diumumkan Presiden Donald Trump dengan Perdana Menteri Inggris adalah, trade deal antara AS dengan Inggris. Padahal AS menyampaikan adalah penerapan tarif kepada lebih dari 60 negara di dunia, namun yang baru mendapatkan persetujuan yakni baru satu negara yang diumumkan,” ungkapnya.

Menurutnya, selama belum ada kesepakatan final antara AS dan China, ketidakpastian perdagangan global tetap tinggi. Terlebih, batas waktu 90 hari penundaan penerapan tarif resiprokal dari AS juga semakin dekat.

“Karena baru satu negara yang menyepakati perjanjian dagang dengan AS, ketidakpastian perdagangan global masih sangat tinggi,” tandas Sri Mulyani. (agr/muu)
 

 

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral