news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Cerita Eks Menteri BUMN Selamatkan Garuda dari Kerugian, Apakah Prabowo Harus Ikut Cara Presiden Soeharto?.
Sumber :
  • istimewa

Cerita Eks Menteri BUMN Selamatkan Garuda dari Kerugian, Apakah Prabowo Harus Ikut Cara Presiden Soeharto?

Di tengah beredarnya isu kerugian Garuda Indonesia. Kini mencuat sebuah potongan video terkait cerita eks Menteri BUMN era Presiden Soeharto, Tanri Abeng
Minggu, 1 Juni 2025 - 04:10 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Di tengah beredarnya isu kerugian Garuda Indonesia. Kini mencuatnya sebuah potongan video terkait cerita eks Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada kabinet era Presiden Soeharto, Tanri Abeng, tentang selamatkan Garuda Indonesia dari kerugian, di media sosial X (Twitter) akun @B4n6_H4n5, yan dikutip tvOnenews.com, pada Sabtu (31/5/2025) malam.

Dalam video lawas itu, Tanri Abeng yang diketahui telah wafat pada 23 Juni 2024, menceritakan, sewaktu minum teh bersama Presiden Soeharto, dirinya diminta untuk melakukan apa demi menyelamatkan Garuda.

“Pak Harto mengatakan begini kepada saya ‘saudara Menteri lakukan langkah-langkah apa saja untuk menyelamatkan Garuda’, langkah yang harus saya ambil, saya harus ganti dirutnya. Itu ajudan Pak Harto semua,” cerita Tanri Abeng.

Bahkan, Tanri Abeng katakan, saat itu Soeharto menginginkan agar dirinya dapat menyelamatkan Garuda. Dia pun diberikan kewenangan untuk mencari solusi dari setiap permasalahan. 

Lanjutnya menjelaskan, jika sebuah organisasi bermasalah, maka yang harus dilihat adalah bagaimana kepemimpinan dari seorang dirutnya.

“Saya bilang Bapak Presiden, saya sudah punya solusi pertama untuk Garuda. Wah dia senang banget,” katanya.

Adapun saat ingin menyampaikan solusi tersebut, Tanri Abeng sempat ragu dan takut Soeharto marah. 

Orang-orang terdekatnya bahkan menahan Tanri Abeng agar tidak membuat presiden kedua RI itu marah.

“Saya berspekulasi Pak Harto marah kalau marah bagaimana apa dia bilang eh kau keluar saja bisa jadi ya, kalau teman-teman mengatakan kepada saya jangan bikin marah Pak Harto terus mungkin juga dengan sopan dia mengatakan ya ganti direksi tapi dirutnya pertahankan,” beber Tanri Abeng sebelum meninggal dunia.

“Kalau itu kan tidak memenuhi kriteria saya, tapi Pak Harto sambil dia duduk begini dia duduk tertawa ‘kenapa dirutnya saja diganti, ganti saja semua direksi. Di situ mafia sudah tujuh tahun’ dan itu betul Garuda rugi tujuh tahun,” katanya.

Kemudian, atas perintah dari Soeharto, Tanri Abeng langsung beranjak dari kantor dan memecat semua direksi Garuda.

“Saya tidak pernah takut apa yang ingin saya minta, apa yang ingin saya katakan saya selalu tanggung jawab terhadap apa yang saya inginkan, katakan i'm responsible ganti saja semua direksi,” bebernya.

Lantas, apakah Presiden Prabowo Subianto harus mengikuti cara Presiden Soeharto? Jawaban pertanyaan itu sepenuhnya merupakan hak Presiden Prabowo.

Namun, sebagai informasi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengalami kerugian Rp1,2 triliun pada kuartal I 2025, melebihi kerugian pada tahun buku 2024 yang mencapai Rp1,15 triliun.

Padahal secara tahunan, pendapatan GIAA pada kuartal I tumbuh 1,63% menjadi US$72,3 juta.

Namun beban usaha perusahaan penerbangan milik Pemerintah Indonesia ini, naik 2,2% menjadi US$718,3 juta. 

Sementara beban keuangannya naik 3,91% menjadi US$124,5 juta.

Seperti diberitakan IDNFinancials.com, GIAA mengaku tengah menghadapi tantangan pada kinerjanya awal tahun ini. 

Sebanyak 15 armada miliknya berhenti beroperasi karena masih dalam perbaikan, termasuk di antaranya merupakan armada Citilink Indonesia.

Namun sebuah laporan dari Bloomberg menyebut proses perbaikan jadi tantangan bagi GIAA, karena pemasok spare part dan jasa perbaikan meminta pembayaran di muka.

Bahkan, baru-baru ini, laporan terbaru dari Bloomberg juga menyampaikan saat ini GIAA tengah dalam pembicaraan dengan Danantara, untuk memperoleh suntikan modal.

Namun pembicaraan itu disebut masih dalam tahap awal, sehingga nilai suntikan modal dan waktunya belum dapat dipastikan.

Bahkan sebelumnya diberitakan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Garuda Indonesia yang digelar di Auditorium Gedung Garuda, Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, Rabu (28/5/2025) lalu, tidak ada pergantian Direksi.

Padahal sebelumnya beredar kabar akan ada perombakan direksi. Secara komposisi, hanya Dirut Garuda, Wamilda Tsani yang baru menjabat. Selebihnya, jajaran direktur masih diisi oleh wajah wajah lama. 

Dalam RUPS Wamildan Tsani mengatakan, laporan yang disampaikan dalam RUPST merepresentasikan penguatan fundamental kinerja usaha berkelanjutan.

Selain itu, RUPST Garuda Indonesia yang dipimpin Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen Garuda Indonesia, Fadjar Prasetyo berjalan kuorum, karena dihadiri atau diwakili 67.892.623.306 lembar saham yang setara 74,22 persen pemegang saham GIAA.

Dalam forum ini, pemegang saham sepakat untuk memperpanjang masa jabatan Prasetio sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko yang berakhir saat RUPST. 

Sedangkan untuk susunan pengurus perseroan, baik dewan komisaris maupun direksi, tidak mengalami perubahan. (aag) 

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

01:02
02:56
15:03
10:35
06:54
01:00:11

Viral