- Antara/Xinhua/Alberto Lingria/nym
Dewan Pakar Pemuda Katolik: Gereja Harus Menjadi Sahabat Kaum Muda di Era Paus Leo XIV
Jakarta, tvOnenews.com - Terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus Leo XIV disambut hangat oleh umat Katolik dan masyarakat dunia.
Bagi banyak kalangan, termasuk para aktivis dan pemikir keagamaan di Indonesia, momen ini bukan sekadar pergantian kepemimpinan rohani, melainkan awal baru bagi peran Gereja Katolik dalam merespons dinamika zaman.
“Pilihan nama Leo bukan hal sepele. Itu adalah sinyal kuat bahwa Paus baru ingin meneruskan semangat Paus Leo XIII yang dulu memperjuangkan hak-hak buruh dan martabat manusia,” ujar Marcellus Hakeng Jayawibawa selaku Dewan Pakar Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Jakarta, Sabtu (10/5/2025).
- Istimewa
Hakeng menuturkan bahwa Paus Leo XIV dikenal sebagai pribadi yang membumi, dekat dengan umat, dan memiliki rekam jejak panjang dalam pelayanan di komunitas miskin dan marginal.
Hal ini menurutnya penting, sebab Gereja saat ini ditantang untuk bukan hanya mengajarkan moralitas dari atas mimbar melainkan turun ke tengah-tengah pergulatan umat manusia.
Ia meyakini Paus Leo XIV mampu menjembatani ketegangan geopolitik dengan nilai-nilai kemanusiaan universal mengingat latar belakang sebagai warga negara Amerika Serikat yang pernah menjadi misionaris dan pemimpin ordo religius.
"Ia datang pada saat dunia sedang terfragmentasi secara sosial, ekonomi, dan ekologis. Dunia menanti seorang pemimpin yang bukan hanya religius, tetapi juga profetik," kata Hakeng.
“Paus Leo XIV harus mampu menjadikan Gereja bukan hanya penjaga warisan spiritual, tetapi pelopor transformasi moral global,” sambungnya.
Hakeng menjelaskan kepemimpinan Paus yang baru juga mendapat perhatian khusus dari kalangan muda Katolik, termasuk di Indonesia.
Menurutnya bagi organisasi-organisasi pemuda Katolik terpilihnya Paus Leo XIV membawa harapan akan arah Gereja yang lebih terbuka, inklusif, dan relevan terhadap suara kaum muda.
“Anak muda sekarang butuh Gereja yang hadir sebagai sahabat. Yang bisa mendengar, berdialog, dan menemani pencarian makna hidup mereka,” katanya.
Hakeng menuturkan Gereja Katolik Indonesia juga bisa mengambil inspirasi dari semangat reformis Paus baru. Terutama dalam menguatkan kepemimpinan berbasis pelayanan dan keterlibatan pemuda serta perempuan dalam kehidupan gerejawi.