- Istimewa
Gawat, Indonesia Disebut Terancam Krisis Pupuk, Ini Alasannya
Bahkan untuk sebuah pabrik pupuk, dapat menghabiskan biaya sebesar 58,48% dari total biaya produksinya hanya untuk membeli gas sebagai bahan bakunya.
Untuk saat ini penggunaan gas yang di produksi secara domestik untuk industry pupuk adalah sebesar 12,39% dari total produksi karena sebagaian besar gas masih dibutuhkan untuk kebutuhan energi.
Melihat hal tersebut, Billy Mambrasar yang pernah bekerja sebagai Insinyur di Perusahaan Migas Asal Inggris: BP, selama 10 tahun, menekankan potensi krisis dari suplai pupuk untuk pertanian nasional apabila suplai gas tidak diperkuat oleh pemerintah.
Billy menilai, krisis Pupuk akan terjadi apabila solusi strategis tidak dilakukan.
Di Tahun 2024 saja, Indonesia masih kekurangan 3,4 Ton subsidi pupuk dimana subsidi pupuk dalam APBN mencapai Rp40,68 Triliun untuk 7,3 ton dari total kebutuhan 10,7 Juta Ton.
Hal ini masih belum mencukupi kebutuhan nasional, dan yang perlu diingat adalah kebutuhan pangan, pupuk, dan energi akan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya populasi masyarakat Indonesia.
“Pemerintah harus mengeluarkan strategi nasional untuk meningkatkan ekslporasi dan penambahan gas alam di Indonesia, seperti mengeluarkan kebijakan nasional yang memberikan insentif kepada pelaku usaha di sektor gas, untuk dapat melakukan eksplorasi dan Produksi," ungkap Anggota Dewan Pakar Perhapi Indonesia ini.
Billy Mambrasar juga menambahkan agar Kementerian ESDM dan SKK Migas dapat memberikan keleluasaan akses informasi dan data awal potensi migas di Indonesia, yang dapat membantu mitra swasta dari luar negeri untuk dapat berinvestasi, mengembangkan potensi lapangan gas alam di Indonesia.
"Impor gas alam harus jadi prioritas kedua, dan prioritas pertama, adalah meningkatkan Produksi gas alam dalam negeri, untuk mengurangi beban Penggunaan APBN untuk melakukan subsidi pupuk," tuturnya.(lkf)