- istimewa
Ihwal Airlangga Mundur dari Ketum Golkar, Dina Hidayana: Tak Ada Pilihan Selain Lakukan Salutogenesis
Di mana kecenderungan sistem Pemilu beberapa fase terakhir dianggap membuka kerentanan demokrasi hingga mengikis nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Degradasi parpol dikuatirkan bermuara pada masifnya kepemimpinan transaksional nir visi dan minim kualitas yang membahayakan bangsa dalam jangka panjang. Kekuatan Parpol berpotensi semakin lemah dalam mengagregasi kepentingan, men-deliberasi kebijakan dan mengkomunikasikan secara efektif tujuan bersama apabila tidak ada aksi progresif,” ujar Dina yang juga politisi muda Partai Golkar itu.
Selain itu, Dina juga ingatkan, bahwa pembenahan partai politik merupakan tugas bersama, yang tidak bisa dibebankan pada aktivis dan kader parpol semata.
Karenanya, tugas mengawasi kinerja partai politik juga menjadi tanggung jawab masyarakat secara luas.
“Parpol menjadi hulu strategis lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa di semua tingkatan dan elemen trias politica yang pada akhirnya sangat menentukan kualitas bangsa dan generasi masa depan. Karenanya, tidak ada alasan bagi masyarakat awam sekalipun untuk mengabaikan peran dan eksistensi parpol,” beber Dina yang juga srikandi asli Solo itu.
Kemudian, ditanya soal eksistensi kepartaian, Dina menyinggung soal keberadaan Partai Golkar sebagai salah satu Parpol besar yang sangat penting dan bersejarah.
Lanjutnya menjelaskan, bahwa partai Golkar Lahir di tahun 1964 dari proses kolaborasi berbagai kekuatan, yang dikenal dengan Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar.