- istimewa - Antara
10.000 Bubur Asyura Dibagikan Pemkab Kotim ke Warga
Sampit, tvOnenews.com - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah membagikan 10.000 mangkok bubur asyura kepada warga pada Festival Bubur Asyura yang digelar untuk memperingati 10 Muharam 1446 Hijriah.
“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan Festival Bubur Asyura, yang mana ini adalah kali kedua digelar untuk memperingati 10 Muharram,” kata Wakil Bupati Kotim Irawati di Sampit, Minggu (21/7/2024).
Irawati menyebut memasak bubur asyura pada 10 Muharam atau yang disebut juga hari asyura sudah ada sejak zaman nabi dan rasul. Tradisi ini pun masih dipertahankan oleh umat Islam di berbagai daerah di Indonesia.
“Karena pada bulan Muharam ada banyak peristiwa maka kita sebagai umat Islam perlu memperingati, Makanya, serta memperbanyak ibadah dan sedekah, salah satunya dengan memasak bubur untuk dibagikan ke tetangga dan orang sekitar,” tuturnya.
Festival Bubur Asyura yang digelar Pemkab Kotim ini bermula dari tradisi masyarakat khususnya umat Islam di Kecamatan Baamang yang rutin mengadakan acara syukuran untuk memperingati 10 Muharam dengan memasak bubur asyura dan dimakan bersama-sama.
Kemudian, sejak 2023 kegiatan tersebut diambil alih oleh pemerintah daerah melalui Disbudpar untuk menjadi salah satu agenda tahunan dalam melestarikan tradisi masyarakat.
“Kami mengapresiasi Disbudpar Kotim yang sukses menyelenggarakan Festival Bubur Asyura kali ini. Terlihat dari jumlah peserta yang meningkat dibanding tahun lalu yang hanya diikuti oleh tujuh kelompok, serta segala persiapan yang dilakukan dengan baik,” ucapnya.
Kendati demikian, Irawati berpesan agar pada penyelenggaraan Festival Bubur Asyura berikutnya dilakukan promosi yang lebih gencar melalui media sosial maupun media massa, serta ditetapkan tanggal pasti, supaya dapat menarik wisatawan dari luar daerah.
Meskipun, memasak bubur asyura pada peringatan 10 Muharam juga ada di daerah lainnya, namun menurutnya setiap daerah memiliki keunikan tersendiri sebab bubur asyura dimasak dengan campuran berbagai sayuran yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
“Contohnya di sini ada yang menambahkan pucuk tumbuhan paku, umbut kelapa, dan talas. Itu jadi keunikan tersendiri yang mungkin tidak ada di daerah lain, sehingga kita harapkan festival ini bisa menjadi daya tarik wisata di Kotim,” demikian Irawati.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kotim Bima Ekawardhana menyampaikan tujuan diselenggarakan kegiatan ini untuk melestarikan budaya terutama warisan budaya tak benda yang ada dari zaman nenek moyang dan menjadi tradisi masyarakat, khususnya umat Islam.
“Kegiatan ini menandai 10 Muharam pada kalender Islam. Dimana umat Islam memuliakan hari asyura dengan berpuasa bersedekah dan ibadah lainnya,” sebutnya.
Selain itu, melalui Festival Bubur Asyura sebagai bentuk upaya pemerintah daerah memperkuat rasa gotong royong dan kebersamaan di tengah masyarakat, karena bubur asyura biasanya dibagi-bagikan kepada tetangga dan warga sekitar. Hal ini sejalan dengan motto Kotim, yakni Habaring Hurung (gotong royong).
Festival Bubur Asyura digelar dalam bentuk perlombaan yang diikuti 20 kelompok dengan masing-masing kelompok menyiapkan 500 mangkok bubur asyura. Pesertanya terdiri atas majelis taklim, perwakilan masjid atau musala dan organisasi wanita.
Setelah dinilai oleh dewan juri, bubur asyura tersebut kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Ribuan masyarakat pun tampak memadati kawasan tersebut dengan tak sabar menantikan pembagian bubur yang baru dimasak.
Sebagai apresiasi, panitia menyiapkan hadiah kepada peserta yang menjadi juara dalam festival ini. Penilaian dilakukan dari sisi bahan pangan dan komposisi resep, cita rasa dan kekhasan yang meliputi rasa, kelewatan, aroma, kematangan dan tekstur, serta kerja sama tim dan kebersihan.
Lomba memasak bubur asyura tersebut dimenangkan oleh Majelis Nurul Ikhlas Kecamatan Ketapang sebagai juara I, MTs N 1 Kotim sebagai juara II dan PC Muslimat NU Kecamatan Seranau sebagai juara III. (ant/aag)