- Instagram @iparadalahmautmovie
Film Ipar Adalah Maut Tembus 4 Juta Penonton Setelah Tayang 20 Hari, Siksa Kubur Tergeser?
Jakarta, tvOnenews.com - Setelah 20 hari penayangan di bioskop, Film Ipar Adalah Maut tembus dengan 4 juta penonton.
Hal itu diungkap oleh MD Pictures selaku rumah produksi.
"Sampai saat ini, tembus 4.000.000++ orang udah benerin keran bersama Mas Aris dan Rani," tulis MD Pictures dalam akun Instagramnya, dikutip Jumat (5/7/2024).
Perolehan 4 juta penonton ini semakin membuat Ipar Adalah Maut membalap film Siksa Kubur garapan Joko Anwar.
Diketahui Siksa Kubur berhasil me gumpulka angka penonton yaitu 4.000.826. Lalu ada juha Badarawuhi di Desa Penari yang meraih 4,01 juta penonton.
Film Ipar Adalah Maut diprediksi akan menyalip dua film tersebut mengingat masih tayangnya film yang dibintangi oleh Michelle Zudith itu.
Diberitakan sebelumnya, kisah perselingkuhan yang diangkat dalam film "Ipar Adalah Maut" bukan hanya sekedar cerita drama, namun juga mencerminkan kisah nyata yang mengejutkan.
Di dunia nyata, karakter Rani, yang menjadi pusat kontroversi dalam kehidupan nyata, menghadirkan kompleksitas psikologis yang menarik perhatian.
Dalam sebuah wawancara dengan Denny Sumargo di kanal YouTube CURHAT BANG pada tanggal 21 Juni 2024, Eliza Sifa, seorang narasumber terkenal, mengungkapkan berbagai alasan yang mendasari perilaku Rani yang kontroversial ini.
Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa Rani tidak merasa bersalah atas perbuatan perselingkuhannya dengan Aris, suami dari kakak kandungnya sendiri, Nisa.
Menurut Eliza Sifa, Rani memiliki persepsi yang berbeda terhadap hubungannya dengan Nisa.
Rasa iri yang tertanam sejak kecil karena perbandingan yang kerap dilakukan oleh keluarga dan orang-orang sekitarnya menjadi pemicu utama.
"Rani suka dibanding-bandingkan dengan Nisa, baik dari segi fisik maupun prestasi," ujar Eliza Sifa.
Hal ini menciptakan tekanan psikologis yang mendalam bagi Rani, yang merasa tidak pernah bisa menyamai pencapaian atau penampilan kakaknya.
Eliza Sifa juga menyoroti bahwa Rani selalu merasa Nisa lebih banyak mendapatkan perhatian positif dari keluarga dan lingkungan sekitar, sementara dirinya sering kali dianggap sebagai "adik yang kurang" dalam berbagai aspek.
"Misalnya, orang-orang sering bilang, 'Kok adiknya nggak sama sih, kok cantikan Mbaknya?' Rani merasa Nisa menikmati pujian-pujian itu, dan itu bikin dia iri," jelas Eliza.
Perasaan ini kemudian memuncak ketika Rani merasa Aris memberinya perhatian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, yang mungkin menjadi salah satu alasan kuat mengapa dia terlibat dalam hubungan yang tidak seharusnya.
Menariknya, dalam wawancara tersebut, Eliza Sifa juga membahas betapa Rani tidak pernah benar-benar merasa bersalah atas tindakannya.
Meskipun perselingkuhan dianggap sebagai perbuatan yang salah moralnya, Rani tetap mempertahankan sikapnya.
"Dia tidak pernah minta maaf atau menunjukkan penyesalan atas apa yang telah dilakukannya," ungkap Eliza.
Bahkan saat ibunya mengingatkannya akan dosa zina dan aborsi yang dilakukannya, Rani tetap bersikeras bahwa dirinya tidak salah.
"Dia selalu merasa yang salah adalah ibunya atau orang lain yang tidak memahami perasaannya," tambah Eliza.
Skandal ini tidak hanya merusak hubungan antara Rani, Aris, dan Nisa, tetapi juga mengguncang stabilitas keluarga mereka. Ibunya yang mendapati keadaan ini merasa sangat kecewa dan sakit hati.
"Ibunya seringkali menangis dan merasa gagal sebagai ibu," kata Eliza.
Rasa kecewa yang mendalam ini bahkan mendorong Rani untuk melarikan diri dari rumah, meninggalkan seorang ibu yang tidak hanya merasa kehilangan, tetapi juga bertanya-tanya apa yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki hubungan dengan anaknya.