- Kolase tvOnenews.com
dr Sumy Hastry Purwanti Ungkap Potongan Tubuh Korban Sriwijaya SJ 182 'Bisa Berbicara'
Jakarta, tvOnenews.com - dr Sumy Hastry Purwanti berbicara soal identifikasi korban-korban Sriwijaya SJ 182, yang jatuh dan hilang kontak di Perairan Kepulauan Seribu.
Hari ini 2 tahun yang lalu, atau tepatnya pada Sabtu 9 Januari 2021 Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang kecelakaan dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang lepas landas dari Soekarno Hatta menuju pontianak ini hilang kontak pada pukul 14.36 WIB.
Di mana pesawat yang berusia 26 tahun itu mengalami kecelakaan tragis dan membawa 62 orang yang terdiri atas 12 awak kabin, 40 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak dan 3 anak bayi. Dalam kecelakaan pesawat ini, tidak ada satu pun penumpang Sriwijaya Air SJ 182 yang selamat.
Kombes. Pol Dr.dr. Sumy Hastry Purwanti, Sp.F yang merupakan Polwan Ahli Forensik pertama di Asia melakukan wawancara bersama Denny Darko, mengungkapkan tentang cara kerja forensik dalam menangani mayat korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Kombes Pol. Sumy Hastry Purwanti.
Di mana keduanya sedang syuting di Rumah Sakit Polri, lebih tepatnya di lokasi ruangan pemeriksaan korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.
dr Sumy Hastry Purwanti menjelaskan operasi DVI (Disaster Victim and Identification) yang memiliki 4 fase, Dia berbicara hari kelima sejak peristiwa jatuhnya kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"Fase pertama adalah TKP ada di laut kepulauan seribu, yang kedua fase post mortem ada di sini," ungkapnya.
"Yang ketiga fase antomertem ada di rumah sakit, antemortem itu mencari data sebelum korban meninggal dunia. Yang keempat, fase rekonsiliasi itu mencocokkan data di sini post mortem dan data antemortem baru setelah itu rilis," sambungnya yang dilansir dari tayangan Youtube Denny Darko.
dr Sumy Hastry Purwanti menyebut bahwa masuk dari bagian tim post mortem, di mana memeriksa korban yang meninggal karena jatuhnya pesawat sriwijaya tersebut.
"Di sini kita mencari data setelah mereka meninggal dunia walaupun yang ditemukan hanya bagian tubuh sekecil. Adapun body part kita periksa," ujarnya.
dr Sumy Hastry Purwanti selaku Ahli Forensik Patologis, dimana untuk mendeskripsikan body part (bagian tubuh).
"Kalau memang bisa kita periksa hanya kaki kiri, kanan, tangan kiri kanan atau tulang belakang. Atau bagian dari wajah kita bisa periksa," ucapnya.
"Dan kita bisa jelaskan, ini ternyata bagian tubuh dari tulang anak-anak, dewasa, perempuan dan laki-laki. Itu sangat penting sekali untuk data Post Mortem," lanjutnya.
Kombes Pol. Sumy Hastry Purwanti.
Hastri Purwanti sebagai Ahli Forensik mengaku sering mengikuti semua kecelakaan pesawat terbang di Indonesia.
Di mana kecelakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 bisa dibilang crash-nya sangat keras hingga hancur.
"Hancur gitu karena kecepatan dan yang mungkin jatuh cepat tinggi dan berbentur air. Jadi bisa patah pesawatnya berkeping-keping, termasuk manusia di dalamnya" ungkapnya.
Peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 sangat berbeda dengan kecelakaan pesawat sukhoi yang menabrak tebung di Gunung Salak.
Hastri Purwanti menyebut bahwa di mana bagian depan pesawat Sukhoi hancur tapi bagian belakangnya tidak.
"Beda lagi dengan Pesawat Air Asia yang jatuh di laut jawa karena memeriksa masih ada A Whole Body atau tubuh yang utuh. Air Asia itu jatuh terus pelan-pelan tenggelam," ungkapnya.
"Tenggelam jatuh, jadi memang banyak yang meninggal karena air tenggelam," sambungnya.
Ahli Forensik Polri ini menyebut bahwa bagian tubuh bisa berbicara, lantaran akibat kecelakaan pesawat yang sangat keras manghantam air laut.
"That body can talk, bagian tubuh pun bisa berbicara karena crash yang sangat (keras) kena air laut," ungkapnya.
Dokter Hastri menyebut bagian serpihan pesawat akan dicocokkan dengan hasil temuan dari tim forensik.
"Tadi kan saya cerita, saya sempet ketemu tulang tangan, kita foto rontgen, ternyata ini tulang anak-anak. Dan bisa tahu antara usia 5-10 tahun atau dewasa, muda itu bisa tahulah," ujarnya.
"Nanti kan kita ekslusi nih data antemortem, data antemortem sekitar 60an. Kita cari ciri khas masing-masing kandidat. Kita bisa tahu usia dewasa berapa, anak-anak berapa serta laki-laki dan perempuan ada berapa," lanjutnya," ucapnya. (ind)