- Tim tvOnenews/Rika Pangesti
Soal Pilotnya Disandera, Susi Air: Saya Mengerti Orang Berjuang, Tapi
Jakarta, tvOnenews.com - Tiga pekan sudah pilot Susi Air asal Selandia Baru, Kapten Phillip Mark Mehrtens ditawan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB – OPM).
Penawanan terhadap pilot asal Selandia Baru itu dilakukan bertujuan sebagai jaminan politik agar Pemerintah Selandia Baru memutuskan hubungan militer dengan Indonesia.
Sebab, TPNPB-OPM menilai bahwa negara-negara barat harus bertanggung jawab karena telah mengirim senjata dan melatih TNI-Polri.
Menurut Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, Kapten Phillip disandera karena peran politik negaranya yakni Selandia Baru, yang terlibat membantu Indonesia dalam 'pembantaian' warga asli Papua.
Terkini, Kapten Phillip terancam dibunuh jika pemerintah Indonesia masih tetap bersikukuh tidak ingin mengakui kemerdekaan Papua.
Menanggapi hal ini, Pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti buka suara. Susi mengaku tidak habis pikir dengan ulah kelompok kriminal bersenjata (KKB) itu.
"Untuk saya pribadi apa yang terjadi ini adalah hal yang sangat sangat sangat tidak kita harapkan dan kita tidak habis pikir," ungkap Susi saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/3/2023).
Dia mengatakan, jika menginginkan kemerdekaan maka sebaiknya tak mengambil kemerdekaan orang lain. Dia menilai hal tersebut tak bijak dilakukan.
"Saya mengerti orang berjuang, ini pribadi ya pendapat pribadi. Sebagai seorang pribadi, memperjuangakan kemerdekaan dengan mengambil kemerdekaan orang itu bukanlah cara yang bijak dan benar," kata Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.
Kemudian, dia mengaku prihatin atas penyanderaan terhadap anak buahnya sekaligus pembakaran armada pesawatnya. Dia mengimbau kepada tentara OPM agar segera membebaskan Phillip Mark Mehrtens dan tak menjadikannya jaminan agar Papua diakui merdeka oleh Pemerintah Indonesia.
"Dan saya sangat prihatin, tidak habis pikir, dan untuk saya pribadi, statemanet saya adalah apapun kita berjuang untuk kebebasan, untuk kebaikan, tentu dengan kebaikan bukan dengan mengambil kemerdekaan orang lain. Itu pendapat pribadi saya," tegasnya. (rpi/ree)