- Viva
Meski Melonjaknya Kasus COVID-19, Foxconn Pabrik yang Memproduksi iPhone Terbesar di China Mulai Beroperasi Penuh
Jakarta, tvOnenews.com - Pabrik yang memproduksi smartphone iPhone Foxconn, yang terkena dampak dari pandemi COVID-19 di kota Zhengzhou China hampir kembali untuk produksi penuh, dengan pengiriman pada bulan Desember mencapai sekitar 90 persen, kata dua orang yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah tersebut.
Namun, Foxconn secara resmi Hon Hai Precision Industry Co Ltd, menolak untuk mengomentari hal itu. Produksi di fasilitas manufaktur smartphone iPhone Apple Inc terbesar di dunia sangat terpengaruh akhir tahun lalu setelah wabah COVID-19, karena pembatasan yang diambil untuk mengendalikan virus, yang mendorong ribuan pekerja keluar dari pekerjaannya. Pabrik itu juga sempat didemo oleh pekerja karena masalah pembayaran.
Melansir dari NDTV, Selasa (3/1/2023), Foxconn telah menawarkan bonus untuk menarik pekerja baru dan meyakinkan mereka yang masih ada untuk bertahan. Sebuah sumber perusahaan mengatakan pada bulan lalu bahwa mereka menargetkan pabrik untuk melanjutkan produksi penuh sekitar akhir Desember hingga awal Januari.
"Produksi hampir sepenuhnya dilanjutkan," kata salah satu orang yang menolak disebutkan namanya karena informasinya dirahasiakan.
Orang kedua mengatakan produksi hampir kembali normal tetapi pejabat perusahaan tetap berhati-hati atas prospek tersebut, karena lonjakan kasus COVID-19 di seluruh China.
"Kami memperkirakan puncak kasus sebelum atau sesudah liburan Tahun Baru Imlek," kata orang tersebut, mengacu pada jeda selama seminggu yang dimulai pada 21 Januari.
"Kami tidak tahu apakah itu akan menimbulkan masalah."
Pada hari Sabtu, 31 Desember 2022, penyiar milik pemerintah provinsi Henan, di mana pabrik itu berada, mengutip seorang eksekutif dari pabrik itu yang mengatakan bahwa tenaga kerja pabrik saat ini stabil dengan 200.000 staf, dan juga telah menstabilkan rantai pasokannya, sehingga memungkinkan kapasitas produksi meningkat. Pabrik ini mampu menampung sebanyak 300.000 pekerja.
Masalah pabrik Zhengzhou menyoroti kesulitan yang dialami perusahaan dan pekerja dalam mematuhi kebijakan nol-COVID-19 di China. Pemerintah pusat pada awal Desember, setelah masalah Foxconn dan serangkaian protes atas kebijakan tersebut, tiba-tiba membatalkan kebijakan itu untuk mengadopsi strategi hidup dengan virus. Langkah itu disambut dengan kelegaan yang meluas, tetapi juga memicu gelombang infeksi di seluruh negeri. (viva/ade)