- istimewa/Aptn
Kabar Duka yang Mengejutkan Belahan Dunia, Begini Gaya Kepemimpinan Ratu Elizabeth II Saat Berkuasa
Tidak hanya itu saja, gaya kepemimpinan Ratu Elizabeth II juga dilhat dari komitmennya terhadap kewajiban yang Ratu Elizabeth II emban selama jadi pemimpin Inggris. Seperti yang dikatakan Ratu Elizabeth II, "Constant, Continuosus, and Regimented" merupakan tugas kata yang beliau gunakan untuk mendeskirisikan tugasnya sebagai kepala negara.
Ketiga kata yang digunkannya itu memiliki arti konstan, terus menerus dan teratur. Bahkan ketiga kata itu selalu ia kerjakan secara totlitas dalam tindakannya. Maka wajar saja, semua tindakkanya dan kegiatannya dapat berlangsung dengan efisien dan tepat sasaran.
Selain itu, gaya kempemimpinan Ratu Elizabeth II ini menjadi seorang pemimpin pendengar yang baik. Maka wajar saja, kemampuan Ratu Elizabeth II sebagai seorang pemimpin pendengar yang baik menjadi dasar hubungan baik Ratu Elizabeth II dengan banyak orang.
Contohnya, dari hubungan yang baik pada keluarga terdekat, hingga rakyatnya, sampai-sampai para pemimpin dunia. Selanjunya, Ratu Elizabeth II ini juga dikenal sebagai pemimpin yang mampu membangun relasi dengan orang lain terutama menjalin hubungan baik antar negara. Hal itu terbukti, bahwa Ratu Elizabeth II mampu untuk berkomunikasi dengan negara-negara lain, meskipun dalam catatan sejarah di masa kecilnya Ratu Elizabeth II adalah seorang pemalu.
Masih dilansir dari jurnal karya Jidhan Musthofa, gaya kepemimpinan Ratu Elizabeth II telah membuahkan karya-karya nyata untuk negerinya. Seperti, peningkatan beragam layanan masyarakat dengan berkembangnya teknologi yang membuat pelayanan terhadap masyarakata semakin maksimal. Kemudian, memberikan penghargaan bagi rakyatnya atau pekerjanya yang berprestasi serta menjalankan seluruh tugas yang diberikan.
Kemudian, contoh lainnya, seperti permasalahan House of senate dan House of representative, permasalahan yang membuat perdana Menteri Australia, Gough Whitman dihentikan oleh Gubernur Jendral Sir Jhon Kerr dan setalah diganti posisinya oleh Malcom Fraser.
Untuk diketahui, permasalahan ini sebenarnya tidak melibatkan Ratu Elizabeth II yang pada saat itu dirinya merupakan Ketua dari Persemakmuaran. Tetapi, Gough Whitlam memanfaatkan probelmatika internal ini dengan tujuan memunculakn santiment ke masyarakat mengenai Ratu Elizabeth II sebagai ketua Persemakmuran dengan menyebarkan isu bahwa Gubernur Jendral Sir Jhon Kerr sebagai perwakilan Ratu Elizabeth II.