news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Presiden RI Prabowo Subianto (dua kiri) menghadiri Multilateral Meeting on the Middle East atas undangan Presiden AS Donald Trump, Selasa (23/9/2025).
Sumber :
  • Biro Pers Sekretariat Presiden

Amerika Lantang Menolak Saat 157 Negara Mengakui Palestina di Sidang PBB, Pengamat Geopolitik Kritik Sikap Trump

Pengamat Geopolitik dan Analis Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan RI), Kolonel Dedy Yulianto, mengkritisi sikap Amerika dan beberapa negara yang belum mengakui Palestina.
Kamis, 25 September 2025 - 20:14 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Isu kemanusiaan dan penegakan kemerdekaan Palestina menjadi topik panas dalam Sidang Umum PBB, September 2025.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan penghentian perang di Gaza saat berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) di New York, pada Selasa lalu.

Ia menegaskan sudah "sangat terlibat" dalam upaya mendorong gencatan senjata dan berpesan agar negara-negara pendukung perdamaian bersatu dalam menuntut pembebasan para tawanan.

Dalam forum yang sama, mayoritas negara anggota PBB telah mengambil langkah bersejarah dengan mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.

Sebanyak 157 negara menyatakan dukungan resmi. Tetapi tidak dengan Trump dan sekutunya lantang menolak keputusan itu.

Mengenai hal tersebut, Kolonel Dedy Yulianto selaku pengamat geopolitik sekaligus Analis Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan RI), menyoroti aksi Amerika dan beberapa negara barat yang belum mengakui kemerdekaan Palestina.

“Pengakuan Palestina bisa mendorong perdamaian di Gaza, tetapi tidak serta-merta mengubah kendali Israel atas wilayah itu. Pertanyaannya, apakah kita yakin Amerika mampu mengubah situasi tersebut?” kata Dedy dalam keterangan yang diterima, Kamis (24/9/2025).

Ia menambahkan, keputusan 157 negara itu lahir sebagai spontanitas dari keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Gaza yang dituding mengarah pada genosida.

Pengamat Geopolitik dan Analis Humas Kementerian Pertahanan RI, Kolonel Dedy Yulianto.
Sumber :
  • Istimewa

 

Pidato Trump dan Nafsu Nobel Perdamaian

Trump berpidato sangat panjang hingga sekitar satu jam penuh dengan nada keluhan sekaligus pujian terhadap dirinya sendiri.

Presiden AS benar-benar menggunakan forum itu untuk menonjolkan pencapaian masa jabatannya, meski banyak pemimpin dunia tidak lagi sejalan dengannya.

Trump bahkan mengklaim bahwa inisiatif perdamaian di Gaza berasal dari dirinya, bukan dari PBB. Ia menekankan bahwa Amerika “100%” mendukung badan dunia itu, meski sebelumnya kerap melontarkan kritik.

Oleh karena itu, Kolonel Dedy menilai pernyataan Trump sarat dengan ambisi pribadi, termasuk keinginannya meraih Nobel Perdamaian. 

Trump mengulang klaim bahwa ia telah “mengakhiri tujuh perang” sejak kembali menjabat, meski faktanya ia juga melancarkan serangan militer ke Iran, Venezuela, India dan Pakistan, serta Mesir dan Sudan.

Berita Terkait

1
2 3 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral