- ANTARA/Xinhua/Mohammed Ali
Kesedihan 600 Ribu Anak di Rafah Alami Kelaparan Imbas Serangan Israel, Jubir UNICEF: Terjebak Tanpa Tempat Aman
Jakarta, tvOnenews.com - Data yang tercatat sampai saat ini akibat serangan agresi Israel ke Rafah, Gaza Selatan, membuat 600 ribu lebih anak-anak mengalami kelaparan.
Hal ini membuat anak-anak yang berada di Rafah menjadi perhatian utama dari Juru Bicara Dana Anak-anak PBB (UNICEF) James Elder akibat serangan militer Israel yang mengakibatkan mereka kelaparan.
Tidak hanya itu saja, kewaspadaan yang disebabkan dari ketakutan parah dari anak-anak Rafah juga akan membuat psikis mereka terus jatuh. Meskipun hal tersebut dianggap sudah terbiasa akibat terus melihat dan merasakan bom berjatuhan setiap harinya.
Melalui unggahan video yang diunggahnya di akun X, Elder memberikan tanggapannya bahwa penderitaan anak-anak yang berada di Rafah untuk tetap berjuang masih berlangsung.
Sambil menyusul kedatangan 1,5 juta orang yang akan bergerak ke wilayah Rafah, Gaza Selatan.
Karena tidak kuasa melihatnya, Elder sebagai Jubir UNICEF mengingatkan agar keluarga yang berada di Rafah untuk segera membawa anak-anaknya menyelamatkan diri.
Lantaran sampai sekarang serangan agresi Israel semakin brutal yang tidak tahu kapan berhentinya akibat negosiasi gencatan senjata selalu gagal dari pihak Israel-Hamas.
Meninggalkan Rafah menjadi langkah penting agar posisi mereka terutama anak-anak masih aman. Walaupun hal tersebut masih samar-samar karena serangan brutal Israel menyerang ke seluruh kota yang ada di Gaza.
"Rafah adalah kota bagi anak-anak. Terdapat 600.000 anak laki-laki dan perempuan, namun mereka di bawah ancaman serangan militer, terjebak di Rafah, tanpa tempat yang aman untuk pergi," jelas Elder.
Diketahui, Elder juga melihat dari perjuangan yang dilakukan para orang tua setiap hari kepada anak-anaknya untuk terus berupaya menanamkan "harapan" kepada anak-anak mereka yang sudah mulai mengalami kelaparan dan ketakutan secara terus menerus.
Hal itu membuat kata "harapan" bisa saja berpotensi terhapus dari kamus yang ada di Gaza. Akibat kondisi anak-anak yang cenderung kelaparan dan ketakutan.
Oleh karena itu, Elder terus mendesak bagi siapa pun memiliki rasa empati terhadap ketakutan dan rasa sakit orang tua di Rafah untuk anak-anak mereka.
Bahwa masa kanak-kanak yang ada di Rafah akan kembali indah dan penderitaan terhenti, seperti sebelum Israel menyerang Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Terakhir, berdasarkan acuan dari Badan Pusat Statistik Palestina, setidaknya kurang lebih empat anak setiap jam mencoba dibunuh oleh pasukan pendudukan Israel yang berada di Jalur Gaza.
Apalagi sudah ada catatan data anak yatim atau yatim piatu sebanyak 43.349 anak-anak akibat dari hasil agresi Israel di Jalur Gaza sampai sekarang. (ant/hap)