- AP Photo
Jurnalis Palestina Ahmed Alnaouq: "Israel Melihat Kami Sebagai Binatang"
“Saya bangun dan menyalakan telepon dan mendengar kabar tersebut dari seorang teman yang tinggal di sana. Dia memberi tahu saya bahwa rumah saya dibom dan keluarga saya terbunuh.”
Dua saudara perempuannya yang lain tidak ada di rumah pada hari serangan itu terjadi, namun dia kehilangan kontak dengan salah satu dari mereka karena pemadaman listrik dan komunikasi.
Apa yang dialami Alnaouq, 29 tahun, adalah sesuatu yang dia –-seperti manusia lainnya-– “tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.”
“Perasaannya tidak seperti yang lain. Hatiku hancur. Itu sangat, sangat, sangat sulit, dan sangat sulit untuk menggambarkannya saat ini.”
Namun Alnaouq, yang sebelumnya juga kehilangan dua anggota keluarganya akibat kekerasan Israel, tahu betul bahwa dia tidak sendirian merasakan kepedihan ini.
“Keluarga saya hanyalah satu dari 900 keluarga yang menjadi sasaran dan dibunuh. Semuanya terbunuh,” katanya.
“Israel tidak punya alasan untuk mengebom rumah mana pun dan mereka tidak punya alasan apa pun. Mereka tidak mengatakan mengapa mereka mengebom rumah saya. Dan kita terbiasa mendengar dari pihak Israel bahwa mereka menargetkan wilayah di mana militan berada. Tapi aku kenal keluargaku, aku kenal orang-orangku. Kami tidak punya militan di rumah saya dan tidak ada aktivitas militer bahkan di sekitar tempat tinggal ayah dan saudara laki-laki saya.”
Dia mengatakan pasukan Israel “hanya menargetkan warga sipil karena mereka ingin menimbulkan kerusakan pada rakyat Palestina dan mereka tidak memerlukan pembenaran untuk membunuh warga Palestina.”
“Mereka ingin membunuh sebanyak mungkin warga Palestina untuk mengintimidasi orang lain agar meninggalkan Jalur Gaza dan pindah ke Sinai. Ini adalah rencana yang mereka lakukan untuk menggusur warga Palestina dan mengusir mereka dari Jalur Gaza, seperti yang terjadi pada Nakba tahun 1948,” tambahnya.
Peran Media Barat
Bagi Alnaouq, media Barat “sedang dan telah lama terlibat dalam kejahatan perang terhadap rakyat Palestina.”
Ia percaya bahwa Israel tidak mungkin melakukan pembantaian ini “tanpa kedok dan lampu hijau dari media Barat.”