- Istockphoto
Mengenal Smart Mobility: Teknologi Tol Nirsentuh Jadi Langkah Besar Transportasi Indonesia, Sistem Pembayaran Tanpa Henti Berbasis Satelit
tvOnenews.com - Hadirnya teknologi terbaru yang disebut Smart Mobility menjadi era baru perkembangan sistem jalan tol yang sudah diterapkan. Negara-negara maju seperti Hungaria, Jepang, dan Korea Selatan telah meninggalkan sistem pembayaran manual dan beralih ke teknologi nirsentuh berbasis satelit atau sensor canggih.
Salah satu inovasi yang menonjol adalah Multi Lane Free Flow (MLFF), sistem pembayaran tol tanpa berhenti yang memungkinkan kendaraan melintas tanpa gerbang fisik. Menurut laporan International Transport Forum (ITF) tahun 2023, penerapan MLFF di Eropa mampu memangkas waktu perjalanan hingga 40 persen dan mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Melansir dari berbagai sumber, teknologi ini menjadi bagian penting dalam upaya global menuju transportasi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Di kawasan Asia, Jepang dan Korea Selatan menjadi pelopor penggunaan sistem Electronic Toll Collection (ETC) berbasis teknologi sensor dan satelit.
Kedua negara ini terbukti mampu menghemat miliaran dolar per tahun dari efisiensi lalu lintas dan pengurangan konsumsi bahan bakar. Di sisi lain, Bank Dunia pada 2019 menyoroti bahwa negara berkembang seperti Indonesia kehilangan lebih dari 4 miliar dolar per tahun akibat kemacetan di jalan tol.
Fakta tersebut menunjukkan perlunya percepatan transformasi digital di sektor infrastruktur transportasi, termasuk melalui implementasi sistem MLFF yang lebih modern dan efisien.
Melihat tren global tersebut, Indonesia kini mulai memasuki fase penting dalam penerapan sistem tol nirsentuh berbasis Global Navigation Satellite System (GNSS).
Teknologi ini memungkinkan pembayaran dilakukan otomatis melalui aplikasi atau perangkat On Board Unit (OBU) tanpa perlu berhenti di gerbang tol. Salah satu pelaksana MLFF, Roatex Indonesia Toll System (PT RITS) menyebutkan bahwa lebih dari separuh investasi senilai 300 juta dolar AS telah direalisasikan untuk memperkuat infrastruktur, sistem keamanan siber, serta pelatihan tenaga kerja sejak kontrak ditandatangani empat tahun lalu.
“Kami berkomitmen untuk berkolaborasi erat dengan berbagai pihak guna memastikan implementasi sistem ini berjalan optimal,” ujar Attila Keszeg, Direktur Utama. Pihaknya juga menegaskan kesiapan sistem pendukung, mulai dari perangkat pembayaran, aplikasi pengguna, hingga layanan pelanggan 24 jam.
Bahkan, telah dibentuk Tim Respons Insiden Keamanan Komputer (CSIRT) sesuai standar yang ditetapkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) guna memastikan keamanan data dan transaksi digital. “Kami siap mengadopsi setiap perubahan teknologi sesuai kebutuhan Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, perwakilan dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, MT, PhD, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas lembaga agar sistem ini bisa berjalan dengan lancar. “Kami harus segera mewujudkan integrasi teknologi ini bersama para operator tol dan lembaga penegak hukum agar penerapannya bisa diterima dengan baik,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari BSSN yang memastikan keamanan digital menjadi prioritas utama dalam pengoperasian sistem baru tersebut. Berdasarkan studi kelayakan tahun 2020, kemacetan di jalan tol menyebabkan kerugian ekonomi nasional lebih dari 300 juta dolar AS setiap tahun.
Dengan penerapan MLFF, diharapkan efisiensi lalu lintas meningkat, emisi berkurang, dan pendapatan negara ikut terdongkrak. Contoh sukses di Hungaria menunjukkan bahwa setelah sebelas tahun penerapan MLFF, pendapatan negara meningkat hingga 392 persen.
Jika diterapkan penuh di Indonesia, sistem ini bukan hanya akan mempercepat arus lalu lintas, tetapi juga menjadi simbol lompatan digital menuju era transportasi cerdas dan berkelanjutan. (udn)