- Laman ITB
Seni, Teknologi, dan Ruang Publik: ITB Hidupkan Lagi Pasar Seni, Festival yang Hampir Terlupakan
tvOnenews.com - Perkembangan seni di Indonesia dalam satu dekade terakhir menunjukkan transformasi yang luar biasa. Seni tidak lagi terbatas pada ruang galeri atau pameran eksklusif, melainkan hadir di berbagai ruang publik yang mempertemukan seniman, komunitas, dan masyarakat luas.
Fenomena ini menandai kebangkitan ekosistem seni yang lebih cair dan terbuka, di mana batas antara pelaku dan penikmat seni semakin kabur. Di tengah era digital, ekspresi artistik juga menemukan bentuk baru, dari instalasi interaktif hingga karya yang menggabungkan sains dan teknologi.
Kota Bandung menjadi salah satu pusat pergerakan seni kontemporer yang paling dinamis di Indonesia. Dengan warisan akademik, budaya, dan kreativitas yang kuat, kota ini melahirkan banyak seniman muda sekaligus menghidupkan festival yang menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin.
Gelaran seperti ArtJog di Yogyakarta dan Art Jakarta di ibu kota telah lebih dulu menjadi magnet budaya, dan kini Bandung kembali mempertegas posisinya lewat kebangkitan Pasar Seni ITB 2025. Setelah 11 tahun vakum, acara ini bukan hanya perayaan seni, tetapi juga simbol transformasi ekosistem kreatif menuju skala nasional dan internasional.
Pasar Seni ITB 2025 akan digelar pada 18–19 Oktober di Kampus ITB Ganesha, Bandung, dengan mengusung tema “Setakat Lekat” dan tagline “Laku Temu Laju”. Tema ini mencerminkan realitas zaman yang mempertemukan dunia maya dan nyata dalam satu ruang interaksi yang saling menguatkan.
Melansir dari laman resmi, festival ini tidak hanya menampilkan karya visual, tetapi juga membuka ruang eksplorasi bagi seni pertunjukan, desain, musik, hingga teknologi kreatif. Gelaran ini menjadi wadah kolaborasi yang merepresentasikan keberagaman praktik seni lintas disiplin dan generasi.
“Melalui tema ‘Setakat Lekat’, kami melihat adanya realitas baru di mana dunia digital dan dunia nyata bukan lagi dua hal yang terpisah, melainkan saling menguatkan dalam membentuk pengalaman seni kontemporer,” ujar Ketua Umum Pasar Seni ITB 2025, Zusfa Roihan.
Pasar Seni kini bukan hanya agenda mahasiswa FSRD, tetapi transformasi besar yang melibatkan seluruh sivitas akademika ITB. “Sekarang kita scale up menjadi acara ITB, bahkan berskala nasional. Industri kreatif Indonesia berkembang sangat pesat dan menjadi salah satu pilar ekonomi,” kata Wakil Rektor ITB Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi, Dr. A. Rikrik Kusmara.
Tahun ini, acara tersebut menghadirkan lebih dari 250 tenant seni, kuliner, dan kreatif, lima panggung utama, serta fasilitas interaktif seperti peta navigasi digital dan area komunitas. Program unggulan seperti LIGA KMSR ITB juga menghadirkan karya seniman besar, di antaranya Tisna Sanjaya, Wiyoga Muhardanto, dan Isa Perkasa.
Selain pameran, terdapat pula lelang seni “Adicitra Ganesha” yang menampilkan karya maestro nasional dan alumni ITB, di mana hasil penjualan akan disalurkan ke Dana Lestari Pendidikan dan Seni untuk mendukung keberlanjutan pendidikan tinggi dan kreativitas anak bangsa.
Festival ini diharapkan membawa multiplier effect bagi Bandung, menciptakan ekosistem ekonomi kreatif seperti halnya ArtJog di Yogyakarta. “Festival seni selalu menjadi indikator kota yang bahagia. Kami ingin menunjukkan bahwa Bandung mampu menjadi pusat festival seni berskala nasional, bahkan internasional,” ujar Dr. Rikrik.
Isa Perkasa, salah satu seniman yang terlibat, menilai Pasar Seni ITB sebagai momentum penting bagi regenerasi dan kolaborasi seni di Indonesia. “Pasar Seni ITB bukan sekadar pameran karya, tetapi laboratorium kreatif di mana kami bisa bereksperimen lintas medium. Teknologi bukan ancaman bagi seni, tapi jembatan untuk memperluas dialog antara seniman dan publik,” katanya.
“Kami berharap Pasar Seni ITB menjadi standar baru bagi festival seni, bukan hanya megah dan kreatif, tapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Zusfa Roihan.
Dengan dukungan berbagai mitra dan komunitas, Pasar Seni ITB 2025 diharapkan menjadi festival yang inklusif, berkelanjutan, dan relevan secara sosial. Lebih dari sekadar ajang hiburan, perhelatan ini menjadi ruang bersama untuk memaknai kembali seni sebagai kekuatan sosial, ekonomi, dan kultural bangsa. (udn)