- Antara
Industri Sarang Burung Walet Melemah, Petani Memohon Perhatian Presiden Prabowo
Jakarta, tvOnenews.com - Petani Sarang Burung Walet memohon perhatian Presiden RI, Prabowo Subianto untuk mengatasi permasahalan ekspor sarang burung walet ke pasar internasional yang alami kendala serius.
Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Petani Sarang Walet Nusantara (PPSWN), Benny Suryo Sabath Hutapea mengatakan, perusahaan pengolahan sarang walet mendapat permasalahan serius berupa suspend ekspor ke Tiongkok sejak Juli 2024, yang diberlakukan secara mendadak oleh General Administration of Customs of China (GACC).
"Kebijakan itu menetapkan parameter baru terkait kandungan aluminium <100mg/kg, yang sebelumnya tidak pernah tercantum dalam MoU protokol impor antara Indonesia-Tiongkok," kata Benny dalam keterangannya, dikutip Senin (25/8).
Benny menjelaskan, Indonesia adalah penghasil sarang burung walet terbesar di dunia, dengan produksi kurang lebih 1.900 ton per tahun berdasarkan laporan 2023.
Adapun Tiongkok merupakan pasar utama dan terbesar Indonesia, yakni 78 persen dari total ekspor.
Adanya kebijakan pemerintah China itu berdampak pada penurunan volume ekspor sarang walet sekitar 250 ton/tahun atau setara Rp 5 triliun (±USD 309 juta).
Kondisi itu membuat ratusan ribu tenaga kerja pabrik hingga UMKM terancam kena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Satu juta lebih petani walet di seluruh Indonesia kesulitan menyalurkan hasil panen, karena menurunnya serapan pasar, sehingga pendapatan masyarakat di daerah terpukul keras," ujar Benny.
"Harga sarang walet jatuh signifikan dari Rp 45 juta/kg (±USD 2.780/kg) menjadi Rp 20 juta/kg (±USD 1.235/kg), dan berpotensi terus melemah jika kebijakan ini tidak segera dicabut," tambahnya.
Selain itu, lanjut Benny, kondisi tersebut juga berdampak pada kontribusi devisa negara menurun drastis serta menghambat Asta Cita Presiden Prabowo terkait hilirisasi industri sarang walet.
Benny menambahkan, jika kondisi itu berlanjut, Indonesia hanya akan berperan sebagai pengekspor bahan mentah yang belum diolah ke Tiongkok.
"Akibatnya, produk sarang burung walet dunia berisiko didominasi label "Made in China", sehingga nilai tambah, lapangan kerja, serta citra produk yang seharusnya menjadi kebanggaan Indonesia berpindah ke negara lain," ujarnya.
Oleh sebab itu, guna mengatasi masalah itu, Benny memohon kepada Presiden Prabowo mengupayakan negosiasi tingkat tinggi dengan Pemerintah Tiongkok agar suspend ekspor segera dipulihkan.