- tvOnenews - Rika Pangesti
Demi Anak Istri, Joker Terpaksa Jadi Juru Parkir Liar di M Bloc Space
Jakarta, tvOnenews.com - Di balik hiruk-pikuk kawasan kreatif M Bloc Space, Jakarta Selatan, terselip kisah perjuangan hidup seorang pria bernama Joker.
Pria berusia 36 tahun ini bukan tokoh fiksi, bukan pula karakter jahat seperti dalam film, melainkan seorang ayah lima anak yang terpaksa menjadi juru parkir liar demi bertahan hidup.
Panasnya terik matahari dan debu jalanan sudah menjadi teman sehari-hari bagi Joker. Berbekal rompi lusuh dan peluit kecil, ia mengatur kendaraan yang keluar-masuk dari tepi jalanan kawasan M Bloc.
Sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB, ia berjaga di jalanan depan gerbang M Bloc Space.
Meski statusnya “tidak resmi”, ia mengandalkan pekerjaan ini sebagai satu-satunya sumber penghasilan.
“Saya enggak pernah nyangka bakal jadi juru parkir. Tapi mau gimana lagi? Udah lama banget nganggur. Nyari kerjaan susah, umur saya juga udah enggak muda lagi,” ujar Joker saat ditemui di sela-sela pekerjaannya, Minggu (24/8).
Dulu, Joker pernah bekerja sebagai buruh harian di proyek bangunan. Namun sejak pandemi melanda, pekerjaan makin sulit dicari.
Usia yang menginjak kepala tiga membuatnya kalah saing dengan tenaga kerja yang lebih muda dan segar. Ia pun kerap ditolak saat melamar kerja.
“Pernah coba jadi ojek online, tapi motor enggak punya. Pernah juga ngelamar kerja serabutan, tapi ditolak terus. Katanya umur udah lewat,” katanya dengan mata menerawang.
Hingga akhirnya, seorang teman lama menawarkan pekerjaan sebagai juru parkir liar di sekitar M Bloc Space. Awalnya Joker ragu, apalagi karena statusnya tidak resmi. Namun, desakan kebutuhan membuatnya mengiyakan.
“Temen ngajak, katanya daripada nganggur. Ya udah, saya jalanin aja. Yang penting bisa bawa uang pulang buat anak-istri,” ungkapnya.
Setiap hari, Joker mengais rezeki dari pengunjung yang datang ke M Bloc, berharap ada yang memberi upah seikhlasnya.
Dalam sehari, ia bisa mendapatkan Rp50 ribu hingga Rp100 ribu, tergantung ramai tidaknya kawasan tersebut.
Uang itu ia gunakan untuk membeli kebutuhan pokok di rumah. Istrinya tidak bekerja karena harus mengurus kelima anak mereka yang masih kecil, beberapa di antaranya bahkan masih balita.