- Istimewa
Dipersilahkan Sampaikan Pesan Terakhir, DN Aidit Malah Banyak Bicara dan Teriak-teriak, Langsung Didor Tanpa Ampun oleh Algojo
Soetanti ngotot agar DN Aidit minta agar tak perlu pergi ke mana-mana. DN Aidit pun ragu. Namun ia tetap pamit mencium kening Soetanti dan anaknya yang masih berusia 6,5 tahun.
DN Aidit tak memberi penjelasan akan ke mana dan alasannya. Mayor (Udara) Soejono mengaku ia lah yang menjemput DN Aidit.
Ia membawa DN Aidit ke rumah dinas Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksdya Omar Dhani di Wisma Angkasa, Kebayoran Baru.
Namun karena Omar tak ada di sana, DN Aidit dibawa ke rumah mertua Omar di Jalan Otto Iskandardinata III, Jakarta Timur.
DN Aidit saat berpidato. (ist)
Mereka gagal menemukan Omar dan mengajak DN Aidit ke rumah dinas seorang bintara AU di Kompleks Perumahan AU di Halim Perdanakusuma.
Ketika penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah Jenderal berlangsung, DN Aidit kabarnya hanya diam di rumah itu.
Hingga pagi menjelang dan terendus bahwa operasi tak berjalan sesuai rencana dengan tewasnya sejumlah jenderal, DN Aidit pun dibawa ke Pangkalan Udara Halim sesuai perintah Omar Dhani untuk diterbangkan ke Yogyakarta.
Sebelum berangkat ke Yogyakarta, DN Aidit menyerahkan mandat kepemimpinan PKI kepada Wakil Ketua III Sudirman.
Di Yogyakarta, DN Aidit hendak menemui Ketua Committee Daerah Besar (CDB) PKI Yogyakarta dan menjelaskan kudeta yang hendak terjadi. Dari Yogyakarta, DN Aidit bertolak ke Semarang keesokan harinya.
Presiden RI pertama Soekarno dan DN Aidit. (ist)
Ia berusaha mengkonsolidasikan agar PKI bisa dilepaskan dari insiden penembakan jenderal-jenderal yang dilaksanakan oleh tentara sendiri.
Dari Semarang, ia ke Boyolali dan Solo. Di sana, DN Aidit dikecam atas apa yang terjadi di Jakarta. DN Aidit terus bergerak untuk konsolidasi.
Sampai akhirnya, DN Aidit pun menulis surat ke Presiden Soekarno tepatnya pada 6 Oktober di Blitar.
Aidit menyampaikan kabar soal G30s PKI versinya dimana ia mengaku dijemput orang berpakaian Cakrabirawa dari rumah untuk menghadiri rapat kabinet di Istana, namun malah dibawa ke tempat lain.
Kepada DN Aidit, mereka menjawab, Soekarno telah memberikan restunya untuk menindak para jenderal.