Gunungkidul, tvOnenews.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mengungkap temuan penularan antraks dari ternak ke manusia di Padukuhan Jati, Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Dalam kasus ini, 1 orang warga meninggal.
Menurut Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty, temuan ini diketahui setelah pihaknya mendapatkan laporan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta pada 2 Juni 2023, saat warga tersebut masih dirawat
"Saat itu, pada 1 Juni 2023, ada warga Gunungkidul yang dirawat karena antraks dan meninggal pada 4 Juni. Pasien tersebut diketahui berusia 73 tahun, berasal dari Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu," kata Dewi, Kamis (6/7/2023).
Terkait kasus tersebut, Dinkes Gunungkidul langsung bergerak melakukan penelusuran ke warga di Pedukuhan Jati.
Dari penelusuran, ditemukan 125 orang yang ikut menyembelih dan mengonsumsi daging tersebut. Terhadap mereka dilakukan pengambilan sampel darah untuk diperiksa di laboratorium BBTKLPP Yogyakarta.
"Hasil sampel darah yang diperiksa diketahui ada 87 warga positif antraks. Sementara 18 orang lainnya bergejala. Gejala yang ditimbulkan selain berupa luka khas terkena antraks, juga mengalami diare, mual, pusing, dan sebagainya," terang Dewi.
Dewi mengatakan, tidak ada warga yang harus dirawat di rumah sakit karena bergejala. Mereka yang bergejala maupun tidak mendapatkan antibiotik sebagai penanganan.
"Surveilans sampai saat ini masih berjalan, selama 2 kali masa inkubasi atau 120 hari sejak laporan diterima," ujarnya.
Dewi menambahkan, edukasi ke masyarakat menjadi penting dan masih perlu disosialisasikan secara besar-besaran, mengingat kasus ini berawal dari perilaku mereka sendiri yang mengkonsumsi daging hewan ternak yang sakit atau mati mendadak.
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan,
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti mengungkapkan, ada 6 sapi yang mati mendadak di Semanu sejak November 2022 hingga mendekati Iduladha.
"Sejak adanya laporan ada warga yang meninggal tersebut, kami langsung melakukan
surveilans dan tracing di kawasan tersebut. Kami juga mengambil sampel tanah tempat hewan yang mati mendadak tersebut disembelih," ujar Retno.
Hasil pemeriksaan menyatakan sapi yang dikonsumsi tersebut positif antraks.
"Pada ternak yang masih hidup kami berikan antibiotik, vaksin, hingga desinfektan, termasuk melarang untuk sementara waktu ternak keluar dari kawasan yang terpapar antraks," pungkas Retno. (Ldhp/Ard)
Load more