"Dia mengatakan dari wilayah Rusia ke Jepang. Terus ke Halmahera, Filipina lalu ke Sulsel. Itu jarak yang panjang sekali, lebih dari 7.000-an km. Kalau naik pesawat, sekitar 18 jam. Kalau dibilang ada titik di sepanjang itu, dihitung probabilitasnya kecil sekali untuk sampai di sini. Kami tidak melihat, apalagi untuk wilayah Sulsel," jelasnya.
Jamroni menegaskan, hingga saat ini belum ada alat yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa. Ia menegaskan, alat yang ada di Indonesia saat ini hanya bisa mendeteksi peristiwa gempa.
Meski demikian dari data BMKG saat ini pemerintah perlu mewaspadai patahan Asambi-Kalaotoa di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Patahan itu ditemukan kembali setelah puluhan tahun tidak aktif. Patahan tersebut diketahui pernah memicu gempa hingga Magnitudo 7.1. (wsn/ask)
Load more