Probolinggo, tvOnenews.com - Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah mulai mengurangi stok pupuk bersubsidi jenis Urea, untuk lahan pertanian di Indonesia. Tak ayal, terbatasnya jumlah pasokan pupuk bersubsidi di sejumlah agen itu menyebabkan harga pupuk menjadi mahal. Dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp225 ribu per kuintal, kini banyak dijual dengan harga Rp450-550 ribu per kuintal.
Choiriah, salah satu petani asal Desa Sumur, Kecamatan Besuk, Probolinggo mengatakan, sudah tidak mampu membeli pupuk bersubsidi di luar ketentuan HET, Kamis (9/3).
Lebih lanjut Choiriah menambahkan, kondisi seperti ini sudah lama terjadi dan tak pernah mendapatkan solusi serta tindakan tegas oleh pihak terkait.
"Harganya sangat mahal mas, saya tidak mau membeli pupuk subsisdi dengan harga sama non subsidi. Penjual terlalu banyak mengambil keuntungan dari kebutuhan petani," tambahnya.
Sementara itu, Agus Sholahudin, Sekretaris HKTI Probolinggo menyampaikan, untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk bersubsidi di pasaran, Himpunan Kerukuanan Tani Probolinggo melakukan sosialisasi pada petani di wilayah Besuk setempat.
"Sebagai alternatif kebutuhan pupuk yang sebelumnya memakai pupuk kimia, agar beralih ke pupuk organik dan Bogashi berbahan alami," terangnya.
Petani harus berlatih mandiri, dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia dengan cara mengoptimalkan penggunaan pupuk organik.
“Jangan pernah ketergantungan pada pupuk kimia, sebagai alternatif adalah mengoptimalkan pembuatan pupuk bokashi atau organik," ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Desa Sumurdalam Sarkawi mengaku terbantu dengan digelarnya sosialisasi tersebut.
"Berharap kepada para petani Desa Sumurdalam agar memaksimalkan sosialisasi dari HKTI itu," jelasnya.
Petani mendesak kepada aparat penegak hukum, untuk menindak tegas para agen nakal yang memainkan harga pupuk bersubsidi di pasaran tersebut. (msn/hen)
Load more