"Jika yang tampil dan terpilih adalah sosok-sosok capres dengan hanya modal pencitraan dan dari hasil manipulasi oligarki-kapitalis melalui lembaga survei berbayar, framing media, buzzer bayaran, maka apa yang bisa diharapkan bagi masa depan bangsa ini?," ujar Hasnu.
Rakyat harus sadar, kata Hasnu, sesungguhnya, Pemilu itu momentum yang tepat bagi rakyat di negeri ini agar melakukan evaluasi, suksesi, memberikan hukuman, dan proyeksi atas masa depan negeri ini. Rakyat harus bersatu, rakyat harus berdaulat dalam menyonsong tatanan perubahan dan peradaban bangsa ke arah yang lebih beradab.
"Pemilu 2024, rakyat harus berani untuk melawan. Kemudian, rakyat bisa memberi hukuman keras kepada parpol pada saat Pilpres dan Pileg. Jangan memberi suara kepada parpol yang mendukung capres dan caleg oligarki," tegas Hasnu.
Ia mengatakan, rakyat harus khawatir dengan masa depan demokrasi di Indonesia ketika eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah berkartel.
"Sekarang terbukti, tidak ada oposisi, tidak ada suara kritis, di ruang publik terjadi pembungkaman dengan cara-cara baru terutama memanfaatkan pasukan cyber. Bagaimana mungkin konsolidasi demokrasi dapat berjalan?," jelas Hasnu.
Padahal, jelas Hasnu, suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei). Mari tunjukkan kekuatan rakyat yang sebenarnya.
Kedepan, tambah Hasnu, rakyat mengharapkan pemimpin bangsa yang besar ini harus memenuhi unsur terpenting, yakni berkarakter, berkompeten, berkapasitas dan visioner. Maka kita semua yakin, Indonesia 2024 menuju era kebangkitan, era perubahan, dan era demokratis.(PPK)
Load more