- Tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Harga Beras Kian Melambung di Yogyakarta, Begini Penjelasan Sri Sultan Hamengku Buwono X
Yogyakarta, tvOnenews.com - Harga beras di sejumlah wilayah termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus melambung.
Berdasarkan pemantauan tvOnenews.com belum lama ini di Pasar Kranggan, Kota Yogyakarta, beras medium dijual seharga Rp 14.500-15.500 per kilogram (kg). Sementara, beras premium seharga Rp 16.500-17.000 per kg.
Berbagai strategi disiapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DIY untuk mengatasi persoalan tersebut sekaligus mengendalikan inflasi di daerah ini.
"Kalau kita itu bagaimana menyediakan stok, menyediakan barang-barang itu agar (harga beras) tidak naik secara signifikan. Sekarang menjaga stabilitas itu bisa dilakukan berarti pasokan harus jelas. Kalau gak, nanti inflasi akan terjadi fluktuatif makin tinggi bukan makin turun," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY, Kamis (22/2/2024).
Raja Keraton Yogyakarta tersebut menyampaikan, pemerintah telah mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan beras secara impor.
"Kalau beras itu sudah impor, sebetulnya tidak ada masalah. Hanya, mungkin kualitas itu tidak sesuai ekspektasi dari konsumen. Karena di Yogya ini, kesadaran kesehatan tinggi. Jadi maunya pilih beras wae milih sing enak nak ra enak ra gelem. Beras Bulog sok ora gelem," ungkap Sultan.
Di sisi lain, kenaikan harga beras juga disebabkan oleh faktor cuaca. Mestinya, periode November-Desember memasuki musim tanam. Namun karena terjadi hujan lebat, musim tanam mengalami sedikit keterlambatan.
"Jadi mestinya Maret sudah panen besar, tapi Maret baru panen yang kecil mungkin April baru panen besar ya. Jadi kan mundur masalahnya disitu," ucap Sultan.
Selain beras, faktor cuaca juga mempengaruhi musim tanam bahan pangan lain seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan kubis yang tidak tahan dengan air.
Sultan menyebut, kenaikan harga komoditas pangan terjadi karena jumlah kebutuhan dengan pasokan barang tidak seimbang. Namun yang terpenting, kenaikan harga turut memberikan keuntungan bagi petani.
"Harapan saya (harga) naik itu bagian pedagang atau sebenarnya petani dapat bagian dari kenaikan itu. Kalau dapat bagian berarti nanti Kuartal III mesti ada laporan BPS daya beli petani naik gak, akan kelihatan disitu. Kalau tidak naik kan berarti kenaikan harga ini sik untung hanya pedagang, petani tidak mendapatkan," pungkas Sultan. (scp/buz)