- Istimewa
Nahas! Niat Meliput Debat Pilpres 2024, Pewarta Jadi Korban Pencopetan
Jakarta, tvOnenews.com - Kejadian pencopetan dialami seorang pewarta media online, Bonfilio Putra Mahendra saat meliput debat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Minggu (21/1/2024) malam.
Pria yang akrab disapa Putra itu mengatakan awalnya suasana di lobi JCC masih ramai. Tepat di seberangnya, terdapat pagar pembatas agar sukarelawan tidak masuk hingga ke dekat pintu masuk VVIP yang diperuntukkan bagi capres-cawapres.
Beberapa menit sebelum kejadian pencopetan, Putra bersama awak-awak media lainnya berkumpul tepat di lobi dekat pintu masuk tersebut, menunggu pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka keluar dari dalam Plenary Hall JCC.
Saat Prabowo-Gibran berjalan keluar menuju lobi Plenary Hall JCC, Putra bersama puluhan awak media lainnya langsung melakukan sesi doorstop.
Namun, pasangan calon (Paslon) itu tidak berhenti sejenak untuk meladeni beberapa pertanyaan para pewarta yang bertugas.
Alhasil, Putra bersama para awak media terdorong hingga ke bagian pagar yang membatasi sukarelawan, karena Prabowo-Gibran tidak menginginkan dilakukan sesi doorstop.
"Di saat itu saya berhenti di depan pagar, masih di dalam pagar pembatas. Tetapi, banyak orang tak dikenal (OTK) yang berada di bagian dalam pagar selain pihak keamanan," ujar Putra saat ditemui di lokasi.
Dalam kondisi itu, Putra tidak menyadari bahwa tas yang dia kenakan dalam kondisi terbuka, sehingga isi di dalamnya seperti dompet dan charger handphone dapat terlihat orang lain.
"Gibran kan nyamperin para pendukung, nah saat itu tas sudah terbuka dan dompet udah hilang," urainya memaparkan kronologis yang diingatnya.
Ketika Putra sadar dompetnya dicomot orang tidak dikenal (OTK), aparat keamanan dari kepolisian dan pihak pengamanan dari KPU RI tengah berjaga di dekat pagar pembatas simpatisan di bagian depan lobi Plenary Hall JCC.
Namun, dia memastikan di dalam dompetnya terdapat uang tunai dan beberapa kartu ATM. Sehingga, dirinya langsung melapor kepada pihak berwajib di sektor Kota Jakarta Pusat dan beberapa bank.
"Ada STNK, SIM, ATM, dan uang tunai Rp200 hingga 300 ribu," imbuhnya.(lpk)